Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Moh.Tabrani: Tokoh Sentral Kongres Pemuda 1926 yang Terlupakan?

28 Oktober 2017   16:41 Diperbarui: 1 Juni 2018   09:18 4967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Istimrwa | Sumber: uriwahyuni92.wordpress.com

Hanya sedikit orang mengetahui peran sentral tokoh muda bernama lengkap Moh.Tabrani Soerjowitjitro, atau populer dipanggil M.Tabrani. Dialah ketua panitia Kongres Pemuda I yang diadakan  30 April -- 2 Mei 1926, yang juga oleh majalah Tempo disebut sebagai penggagas Kongres Pemuda yang sangat momental  itu. 

Kongres Pemuda I menghasilkan tekad bersama mempersatukan (mem-fusi-kan) pemuda-pemuda Indonesia dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan. Setelah selesai, panitia Kongres tidak dibubarkan sehingga  Tabrani masih bekerja mempersiapkan 'jalan' menuju pelaksanaan Kongres II tahun 1928, sebelum pergi ke Jerman untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan jurnalismenya di Universitt zu Kln.  

Anggota dari Jong  Java ini sejatinya seorang jurnalis, yang ketika itu bekerja untuk koran Hindia Baroe, pimpinan H. Agus Salim. Apa saja peran Tabrani? Pemuda Madura inilah yang menginisiasi dimulainya penggunaan frase "bahasa Indonesia."  Ketika itu Moh.Yamin mengusulkan bahasa persatuan adalah bahasa Melayu (poin ketiga  Soempah Pemoeda 1928), frase yang popular di masa itu. 

Tabrani berargumentasi menggunakan logika sederhana namun esensial, yaitu bahwa, "kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu." Itulah untuk pertamakalinya frase 'bahasa Indonesia' diperkenalkan, lalu digunakan hingga kini.  Peran strategis lainnya adalah pada tahun 1936 memperjuangkan petisi Sutarjo yang berisi tuntutan kepada pemerintah Hindia Belanda agar Indonesia diberi kesempatan membentuk parlemen sendiri.

Dari buku "Pemuda Indonesia dalam Dimensi  Sejarah Perjuangan Bangsa" susunan Ahmaddani G.Martha dkk (1984), terutama ada Bab III yang membahas Lahirya Sumah Pemuda nampak peran M.Tabrani yang menonjol, baik secara personal maupun kelembagaan lewat Jong Java. 

Determinasinya dalam persiapan teknis kepanitiaan, menginisiasi isu, maupun diskusi-diskusi membuat namanya patut disejajarkan dengan Moh.Yamin (Jong Sumatranen Bond), Sunarto (Jong Java), dan Paul Pinontoan (Pelajar Minahasa) yang memberikan pidato dalam Kongres Pemuda.  Bahkan, terkesan lebih popular dari tokoh-tokoh itu.

Dedikasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan lewat jalur jurnalisme tak dapat diragukan. Di usianya yang masih sangat muda, 22 tahun ia sudah memimpin salah satu koran terkemuka, yaitu Hindia Baroe pada tahun 1926. Sekembalinya dari pendidikan di  Jerman 1932 ia mendirikan majalah Revue Politiekyang menjadi corong Partai Rakyat Indonesia yang didirikannya. Pada waktu bersamaan ia juga memimpin surat kabar Sekolah Kita.  Kemudian ia juga memimpin harian Pemandangansekaligus Mingguan Pembangoenan. 

Lalu, terpilih menjadi Ketua Persatoean Djoernalis Indonesia tahun 1939.  Di era kolonialisme Jepang ia memimpin koran Tjahaja di Bandung, dan oleh perjuangannya ditangkap dipenjarakan di penjara Sukamiskin. Di penjara itulah ia mengalamai siksaan yang menyebabkan kakinya cacat. Itu tidak membuatnya kapok berjuang. Selepas dari penjara tokoh kelahiran Pemekasan Madura ini memimpin koraan Indonesia Merdeka terbitan Jawa Hokokai.  Setelah proklamasi kemerdekaan ia mengelola Suluh Indonesia milik Partai Nasional Indonesia (PNI)

Tahun 1984, tokoh  luar biasa ini menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 80 tahun.  Semoga jasa dan perannya dalam memperjuangkan persatuan pemuda Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1926 tertap berkobar dan menjadi teladan bagi generasi saat ini.  Selamat Hari Sumpah Pemuda, salam persatuan dan persaudaraan nasional!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun