Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Keberagaman dan Persatuan Menggaung hingga Pulutan Salatiga

19 Agustus 2017   00:03 Diperbarui: 22 Agustus 2017   16:23 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Syafi'i memberi Sambutan (Dokpri)

Yang saya tangkap sebagai pesan HUT Kemerdekaan NKRI ke 72 adalah mempertegas persatuan dan persaudaraan kebangsaan kita. Bahwa bangsa Indonesia adalah milik sah setiap warga negara, apa pun suku, ras, agama, warna kulitnya.  Dan, karenanya keberagaman itu merupakan kekuatan dan potensi bangsa yang harus dirawat.

Pesan itu sangat kuat terpatri lewat kemeriahan pakaian-pakaian yang dikenakan Presiden Joko Widodo dan para pejabat negara lainnya. Warna warni dan model pakaian adat menggambarkan kedaulatan sebagai bangsa beragam, namun diikat dalam satu kesatuan kebangsaan. Sebuah gambaran transparan dan tegas tentang ke-bineka tunggalika-an kita!

Presiden Jokowi berfoto bersama tiga mantan Presiden, BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Kamis, 17 Agustus 2017. (Setpres/Agus Suparto)
Presiden Jokowi berfoto bersama tiga mantan Presiden, BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara, Kamis, 17 Agustus 2017. (Setpres/Agus Suparto)
Mungkin juga, untuk pertamakalinya dalam sebuah perayaan HUT Kemerdekaan semua mantan Presiden hadir bersama-sama, dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Kalau sebelumnya, seperti halnya dalam berbagai pertemuan formal kenegaraan, senantiasa berpakaian 'seragam' yaitu setelan jas dan dasi, dalam perayaan HUT ke-72 NKRI  ini sungguh berbeda. Seakan-akan setiap undangan hadir dengan pakaian kebanggaan dan kebesaran etnisnya.  Sekali lagi, menurut saya pesannya jelas, yaitu keberagaman dan kesatuan nasional.

Ketika dalam pidato kenegaraan maupun pidato tahunan dihadapan sidang MPR  Presiden menyapa masyarakat dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai di pulau Rote, ia sesungguhnya makin mempertegas hakikat persatuan dan persaudaraan kebangsaan itu.  Secara emosional Presiden lebih dalam menyentuh hati rakyat ketika menyapa dengan bahasa-bahasa lokal. "Salamu'alaikum, Kruen Semangat," demikian ia menggunakan bahasa Sabang. Ruang sidang riuh oleh keriangan dan tepuk tangan hadirin. Presiden melanjutkan dengan sapaan dalam bahasa lainnya,  "Namek-namuk, Izakod bekai izakod bekai" (satu hati satu tujuan/Merauke), lalu, "Ita esa," (Kita adalah satu kesatuan/Rote), dan "Tabae,  sansopte sang patepate" (Miangas). 

Anak-anak pun ikut memeriahkan dengan berbagai lomba (Dok: Lintang Bayu)
Anak-anak pun ikut memeriahkan dengan berbagai lomba (Dok: Lintang Bayu)
Dalam pidato itu juga Presiden menekankan tentang pentingnya semangat persatuan sebagai modal kokoh yang perlu dirawat, dijaga dan dierkuat. Sekuennya menjadi jelas, ketika menampilkan simbol-simbol keberagaman melalui pakaian, salam, kemudian penekanan verbal persatuan debagai modal, barulah Presiden melanjutkan dengan isu-isu lainnya. 

Kurang lebih 495 Km dari tempat Presiden Jokowi menyampaikan pidatonya, gaung pesan itu sampai juga di Pulutan Salatiga. Meski tidak berpakaian adat warna warni, di malam Tirakatan itu KH Muh.Syafi'i membuka sambutan dengan pekik Merdeka. Sesepuh yang berkarisma itu mengajak warga Paguyuban Perum Harapan Indah itu mengikutinya mensorakkan pekik Merdeka tiga kali. Kami, para hadirin, baik warga paguyuban, mulai anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak maupun undangan tetangga sekitar tak kalah semangat mngikutinya.

Anak-anak pun ikut memeriahkan dengan berbagai lomba (Dok: Lintang Bayu)
Anak-anak pun ikut memeriahkan dengan berbagai lomba (Dok: Lintang Bayu)
Beliau memberi sambutan sebagai Ketua RW II, tetapi sesungguhnya beliau juga Anggota DPRD Kota dari Fraksi PKB.  Pak Syafi'i, begitu warga biasa memanggilnya, meski sudah bersusia 68 tahun,  lantaran disukai masyarakat, biarpun  telah menjadi wakil rakyat tetap didaulat menjadi Ketua RW.  

Potong tumpeng oleh warga perum yang dituakan, pak Bambang Suroso, diberikan kepada warga termuda pak Misbah (Dok.Bayu)
Potong tumpeng oleh warga perum yang dituakan, pak Bambang Suroso, diberikan kepada warga termuda pak Misbah (Dok.Bayu)
Sejumlah poin yang disampaikan oleh pak Syafi'i yang saya nilai ikut menggelorakan semangat persatuan kebangsaan adalah:

Pertama; Banyak pahlawan kemerdekaan yang telah berkorban demi kemerdekaan NKRI. Para pahlawan itu tidak hanya berasal dari satu suku atau satu agama saja, melainkan semua agama, dan berjuang tidak hanya untuk kampungnya saja. Sebut saja, Pangeran Dipeonegoro yang berasal dari Jawa namun meninggal di Makasar. Imam Bonjol juga pejuang yang juga ulama, karena perjuangannya meninggal jauh dari kampungnya di Jawa, yaitu Manado.  Ada juga Wolter Monginsidi yang berasal dari Manado namun ikut berjuang di Makasar. Patimura atau Thomas Matulessy dan Martha Christina Tiahawu yang merupakan pahlawan Maluku.

Duet maut pak Har dan pak Rifki (Dok: Lintang Bayu)
Duet maut pak Har dan pak Rifki (Dok: Lintang Bayu)
Kedua; Kelurahan Pulutan, merupakan salah satu dintara tiga desa atau kampung mula-mula di Salatiga, yang tercatat  oleh prasasti Plumpungan telah ada sejak tahun 750 Masehi.  Di masa kerajaan itu Pulutan pernah menerima penghargaan dari raja karena masyarakatnya terkenal hidup aman, damai dan toleran. Pada waktu itu mayoritas masih penganut Hindu dan Budha. Jadi, sejak jauh sebelum Indonesia merdeka, masyarakat desa Pulutan sudah dikenal toleran, damai dan sentausa.

Ketiga; Kita menentang para intoleran, menentang garis keras, menentang terorisme. Kehidupan yang toleran dalam persatuan yaang akrab akan membantu menangkal bekembangnya para intoleran di daerah kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun