Dalam liburan saya kali ini di kampung halaman, yaitu di gerbang selatan Indonesia, pulau Rote saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan mengunjungi sebuah obyek wisata yang sempat viral akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan pantai Perawan! Pantai ini berlokasi di pesisir selatan pulau Rote, tepatnya Kecamatan Rote Selatan.Â
Sebelumnya sudah pernah saya saksikan melalui kiriman video di media sosial yang dikirim oleh seorang warga net. Â Yang membuat penasaran adalah karena saya sendiri berasal dari Rote Selatan, lahir dan besar di sana, setidaknya hingga menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Tapi, kok tidak tahu tempat ini? Pertanda masa kecil kurang piknik atau menjelajah.
Sebagai tempat wisata yang masih baru, pantai Perawan belum sepopuler tempat lainnya di Kabupaten Rote-Ndao, seperti pantai Oeseli maupun Nemberala. Tentang kedua pantai ini sudah pernah saya tulis untuk warga K di sini.Â
Itu pun, karena infrastruktur jalan menuju sana belum dapat dikatakan kondusif. Selain sempit sehingga bila dengan kendaraan roda empat dan harus berpapasan dengan kendaraan lain terpaksa harus melamban, bahkan kerap harus mencari titik yang cukup luas agar aman. Setidaknya, 5-7 km sebelum mencapai pantai jalan menurun tajam, meski di beberapa titik sudah dikeraskan dengan pengecoran  semen kasar. Mendekati pantai, sekitar 2-3 km dari perkampungan  kondisi jalan sudah tanpa semen kasar. Sebutan 'jalan desa' dapat memberi gambaran tepat.  Â
Perjalanan melewati kondisi jalan yang menantang ras was-was itu bisa terbayar ketika tinggal beberapa ratus mendekati pantai. Pagar-pagar batu yang membumbung di sepanjang pesisir pantai mulai terlihat. Di latarnya pemandangan laut luas yang nampak biru dan bersih. Sinar matahari senja yang menerpa lanskap dengan dominasi bebatuan memantulkan hawa panas. Pun, pencarannya di permukaan air laut menyilaukan mata. Minimnya pepohonan di sekitar menyebabkan tiupan angin terasa kuat.
Sesuai namanya, yaitu pantai perawan, ia terlihat 'liar' namun juga jinak. Menampar, namun juga memeluk. Kasar namun juga lembut. Itulah kesan awal yang kuat menoreh prasasti kenangan di memori begitu menjejakkan kaki di puncak pagar karang di lapisan pertama sebelum turun ke teluk berpasir. Sebuah tangga terbuat dari kayu sederhana, yang menurut saya tidak aman bagi pengunjung yang belum terbiasa. Apalagi pengunjung kanak-kanak dan ibu-ibu.
Inilah salah satu pantai selatan yang letaknya  paling selatan di Republik tercinta ini. Pukulan ombak menggelegar di "musim angin timur" lantaran berbatasan langsung dengan laut lepas di sebelah timur dan ke arah tenggara sudah berhadapan langsung dengan lautan hindia di garis batas Australia.
Lautnya berwarna biru pekat, nyaris kehitaman menggambarkan kedalamannya. Dekat ke bibir pantai berwarna biru muda kehijauan. Pukulan arus deras terlihat dari keluarnya buih putih yang memecah ketika menampar karang pantai, lalu membuyar ke udara melemparkan rintik-rintik yang menyatu dengan tiupan angin senja.