Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Godaan Menawan Pantai Perawan di Rote Selatan, NTT

27 Juli 2017   22:58 Diperbarui: 2 Agustus 2017   16:47 4299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teluk diambil dari sisi lainnya (Dokpri)

Dalam liburan saya kali ini di kampung halaman, yaitu di gerbang selatan Indonesia, pulau Rote saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan mengunjungi sebuah obyek wisata yang sempat viral akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan pantai Perawan! Pantai ini berlokasi di pesisir selatan pulau Rote, tepatnya Kecamatan Rote Selatan. 

Sebelumnya sudah pernah saya saksikan melalui kiriman video di media sosial yang dikirim oleh seorang warga net.  Yang membuat penasaran adalah karena saya sendiri berasal dari Rote Selatan, lahir dan besar di sana, setidaknya hingga menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar. Tapi, kok tidak tahu tempat ini? Pertanda masa kecil kurang piknik atau menjelajah.

Sebagai tempat wisata yang masih baru, pantai Perawan belum sepopuler tempat lainnya di Kabupaten Rote-Ndao, seperti pantai Oeseli maupun Nemberala. Tentang kedua pantai ini sudah pernah saya tulis untuk warga K di sini. 

Teluk diambil dari sisi lainnya (Dokpri)
Teluk diambil dari sisi lainnya (Dokpri)
Demi mengobati rasa penasaran saya pun mengajak ponakan saya, Nobe untuk menemani menjelajah. Anaknya Lita, yang baru saja menamatkan pendidikan SMP tidak mau ketinggalan. Bersama tiga orang teman lainnya, kami pun berangkat dari rumah orang tua saya di desa Lenguselu di Talae. Pantai Perawan terletak di desa Inaoe, jadi desa tetangga. Tidak mengherankan kalau hanya butuh waktu tidak lebih dari 30 menit kami sudah mencapainya. 

Itu pun, karena infrastruktur jalan menuju sana belum dapat dikatakan kondusif. Selain sempit sehingga bila dengan kendaraan roda empat dan harus berpapasan dengan kendaraan lain terpaksa harus melamban, bahkan kerap harus mencari titik yang cukup luas agar aman. Setidaknya, 5-7 km sebelum mencapai pantai jalan menurun tajam, meski di beberapa titik sudah dikeraskan dengan pengecoran  semen kasar. Mendekati pantai, sekitar 2-3 km dari perkampungan  kondisi jalan sudah tanpa semen kasar. Sebutan 'jalan desa' dapat memberi gambaran tepat.    

Perjalanan melewati kondisi jalan yang menantang ras was-was itu bisa terbayar ketika tinggal beberapa ratus mendekati pantai. Pagar-pagar batu yang membumbung di sepanjang pesisir pantai mulai terlihat. Di latarnya pemandangan laut luas yang nampak biru dan bersih. Sinar matahari senja yang menerpa lanskap dengan dominasi bebatuan memantulkan hawa panas. Pun, pencarannya di permukaan air laut menyilaukan mata. Minimnya pepohonan di sekitar menyebabkan tiupan angin terasa kuat.

Berselfie, why not? (Dokpri)
Berselfie, why not? (Dokpri)
Entah darimana awalnya disebut pantai perawan, oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan Tolanamon. Saya kira frase ini berasal dari dua suku kata (bahasa Rote), yaitu tola (yang artinya tembus, menusuk) dan namo (yang artinya teluk). Jadi, artinya teluk yang menusuk. Tentu saja, ini menggambarkan pantainya yang terdapat dua teluk dengan bentuk meruncing tajam ke daratan. Seolah-olah 'banjir' air laut menusuk dan menembus pesisir pulau.  Biasa juga disebut pantai Inaoe lantaran letaknya memang di desa Inaoe. Tetapi juga viral dengan nama pantai Perawan. Nah, darimana asal muasal sebutan itu?

Sesuai namanya, yaitu pantai perawan, ia terlihat 'liar' namun juga jinak. Menampar, namun juga memeluk. Kasar namun juga lembut. Itulah kesan awal yang kuat menoreh prasasti kenangan di memori begitu menjejakkan kaki di puncak pagar karang di lapisan pertama sebelum turun ke teluk berpasir. Sebuah tangga terbuat dari kayu sederhana, yang menurut saya tidak aman bagi pengunjung yang belum terbiasa. Apalagi pengunjung kanak-kanak dan ibu-ibu.

Inilah salah satu pantai selatan yang letaknya  paling selatan di Republik tercinta ini. Pukulan ombak menggelegar di "musim angin timur" lantaran berbatasan langsung dengan laut lepas di sebelah timur dan ke arah tenggara sudah berhadapan langsung dengan lautan hindia di garis batas Australia.

Teluk lainnya yang lebih aman, diambil dari arah pantai (Dokpri)
Teluk lainnya yang lebih aman, diambil dari arah pantai (Dokpri)
Namun begitu terlihat teduh dan diam-diam menghanyutkan di musim angin barat. Di permukaan nampak ramah dan tenang namun mudah terlihat riak-riak laksana didih air dalam loyang raksasa, yang sesungguhnya menyembunyikan gejolak dan menyimpan enigma di kedalaman.  Hasrat liar 'sang perawan' mungkun terlihat di sini dan menjadi asal penyebutan namanya.

Lautnya berwarna biru pekat, nyaris kehitaman menggambarkan kedalamannya. Dekat ke bibir pantai berwarna biru muda kehijauan. Pukulan arus deras terlihat dari keluarnya buih putih yang memecah ketika menampar karang pantai, lalu membuyar ke udara melemparkan rintik-rintik yang menyatu dengan tiupan angin senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun