Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Teror dan Sikap Pemimpin Sejati

15 Januari 2016   19:00 Diperbarui: 16 Januari 2016   13:12 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tujuan teror adalah menciptakan chaos, goncangan, keresahan, kekisruhan, ketidaknyamanan masif, intstabilitas, memutus setiap benang harapan, mengoyak rasa frustrasi, dan sejenisnya. Sementara, tujuan pemimpin adalah menciptakan ketenangan, kenyamanan, kemajuan dan pertumbuhan, yaitu dengan mengkonsolidasi roh komunal warga untuk bersama fokus membangun bangsa dan memajukan diri. Pemimpin memberi harapan dan memastikan masa depan yang benderang!

Terkait dengan tragedi teror di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, presiden Jokowi memberi respons secepat kilat. Ia sama sekali tidak memberi ruang bagi teroris. Begitu diinformasikan ada bom dan teror di Jakarta, ia mempersingkat kunjungannya di Cilegon dan segera kembali ke Jakarta. Ia bahkan langsung ke TKP, dengan hanya mengenakan “pakaian kerjanya” yaitu kemeja putih celana hitam. Tanpa jaket anti peluru pula. Sikap yang sama sekali tidak takut, tidak ragu, menunjukkan keberanian seorang pemimpin sejati yang mau berada di depan berhadapan langsung dengan teroris,  dan memberi teladan bagi warganya. “Negara, bangsa, dan rakyat Indonesia tidak boleh takut dan tak boleh kalah oleh aksi teror,” kata Presiden Joko Widodo. Tidak hanya di situ, Presiden langsung memerintahkan Kapolri dan Menko Polkam untuk mengejar dan menangkap pelaku teror dan orang-orang yang ada dalam jaringan mereka. Sebuah pukulan hook beruntun yang amat telak!

Sikap demikian memberi pesan kuat kepada masyarakat, bahwa tidak ada alasan untuk takut. Suasana sepenuhnya bisa dikendalikan oleh pemimpin. Pemimpin hadir di tengah krisis dan siap memberi solusi. Aksi teroris yang telah terjadi dibuat lumpuh dan sama sekali tidak ngefek, gagal membuat gentar. Ini sikap tegas pemimpin dan memberi kepastian. Sikap yang nampak sederhana, namun kata-kata himbauan Presiden itu berdaya hipnotis,  menyuntikkan aura positif dan memompa semangat serta sikap heroik dalam roh setiap warga.  Hastag bermunculan di berbagai medsos mengkampanyekan keberanian hadapi teror dan tidak ada rasa takut.  Ini pukulan telak lain bagi teroris. Long hook dari warga nitizen Indonesia. Mereka memporakporandakan target para teroris yang ingin mengkreasi ketakutan massal. Salah satu media Inggris, Independent mengakui masyarakat Indonesia telah memberikan pesan kuat kepada teroris bahwa mereka tidak takut akan serangan teror. Dukungan dan simpati pun berdatangan dari berbagai belahan bumi.

Wapres yang sedang menghadiri persidangan Jero Wacik di Tipikor sebagai saksi pun  segera meninggalkan ruang sidang dan melakukan rapat koordinasi membahas kasus teror, mengingat presiden sedang berada di luar kota. Sikap yang tanggap, cepat dan tepat. Demkian pula Menko Polkam yang sedang berada di Kalimantan langsung kembali ke Jakarta, menunjukkan kepedulian tinggi dan tanggap terhadap situasi.

Ahok, gubernur DKI Jakarta pun tidak kalah gesit. Ia ikut bersama rombongan presiden langsung ke TKP. Didampingi Menko polkam, Kapolri dan lainnya memberi pesan kepada lingkungan: warga negara, masyarakat internasional, bahkan kepada para teroris seluruh dunia, “kami bersatu, dan tak takut. Kami siap hadapi Anda.” Ahok meminta masyarakat Jakarta tidak terprovokasi dan tetap tenang. Point terpenting adalah, himbauan sang Gubernur supaya warga tidak menyebarkan foto korban. Alasannya tentu bukan saja tidak etis, melainkan penyebaran justru membantu para teoris mencapai tujuan mereka, yaitu menciptakan ketakutan masif secara luas. Psikologi massa akan mudah terganggu melihat foto-foto korban yang tentu saja dalam keadaan yang tidak patut ditonton.

Polisi dan TNI tidak kalah gesit. Saling membantu mereka pun bekerja efektif. Kurang dari empat jam, situasi sepenuhnya sudah terkendali. Warga kembali berakfititas. Sebuah prestasi luar biasa!  Bandingkan dengan teror Paris yang membutuhkan waktu lebih lama untuk kendalikan situasi.

Tidak hanya di Jakarta. Lewat Kemendagri, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menghimbau seluruh pemerintah daerah untuk bersiaga. Koordinasi diminta diperketat agar dapat mengantisipasi setiap gerak mencurigakan. Selanjutnya, pemerintah daerah dihimbau meminta kepada masyarakat untuk  tenang dan tidak khawatir. “Kemendagri yakin aparat Kepolisian, TNI, dan BIN mampu mengendalikan gerakan teror kota yang tidak bertanggung jawab,” demikian Mendagri. "Yakinlah akan segera terungkap otak pelaku yang bertanggung jawab," tegasnya.

Sikap para pemimpin yang terlihat bersinergi secara total tersebut hanya mungkin dikonsolidasi oleh visi kepemimpinan yang kuat. Bagaikan gerak satu tim dengan gerakan molek nan lincah meladeni permainan lawan, lalu memenangkan kompetisi secara cemerlang! Langkah strategis yang terkonsolidasi sangat baik itu menutup semua ruang sekecil apapun bagi kemungkinan meluapnya aura teror yang memang menarget terciptanya instabilitas dan keresahan di setiap lingkup kehidupan bersama.

Dalam kasus ini, presiden Jokowi benar-benar terbukti menguasai psikologi massa, lalu merasuki semangat warga. Ia pertama-tama mengkonsolidasi roh komunal warga sehingga memicu semangat persatuan bahu membahu lalu saling memompa keberanian. Setelah itu, sinergitas semua jajarannya menyatu padu dengan roh warga, membuat tindakan teror terkesan hanya laksana embun pagi yang segera lenyap tak berbekas diterpa fajar harapan.

Berbeda dengan respons Ade Komaruddin, yang sementara sedang merayakan kursi emasnya di Senayan. Baru saja mendudukkan pantatnya merasakan kenyamanan, sambil menyapu telapak tangan halusnya di sandaran empuk takhtanya memberikan komentar asbun, “Intelejen kebobolan dan tidak siap.” Tidak ada nilai positif dalam sikap dan pernyataan demikian. DPR yang sudah devisit prestasi, bahkan terus diselimuti awan pekat curiga warga, perilaku negatif syawat kuasa dan nafsu hedonis, makin terlihat gelap dengan pernyataan-pernyataan pemimpi tak matang macam itu. Pernyataan yang tidak tepat waktu dan tidak tepat tempat. Maksudnya mungkin baik, yaitu mengevaluasi dan mengkritik. Tetapi bukan waktu yang tepat. Lihat saja komentar dingin dan acuh dari Kepala BIN, "Terserah kamulah mau ngomong apa," ucap Sutiyoso saat meninjau lokasi kejadian. Sikap Ade Komaruddin itu mirip capres AS, Donald Trump ketika menanggapi imgran Timur Tengah. Alih-alih memberi pengharapan, sikap manusia-manusia tipe ini ikut menghadirkan semacam teror baru atas teror yang sedang terjadi. Sungguh bukanlah sikap pemimpin sejati!  

Akhir kata, kita harus akui sikap kepemimpinan presiden Jokowi dan semua jajarannya. Mereka padu dalam pernyataan dan sikap, menenangkan masyarakat, menyuntikkan semangat untuk bangkit, bahkan harapan akan masa depan yang lebih baik.  Sikap pemimpin sejati yang membuat para teroris tidak berkutik, membuyarkan mimpi-mimpi mereka yang menguap hilang di udara luas bersama asap latupan yang juga membawa serta nyawa mereka.  Pengorbanan sia-sia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun