Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kapitan Poloe vs Kapitan Pattimura Perlukah Diluruskan? Tanggapan terhadap Tulisan Dpl. Oek. Engelina Pattiasina

7 Oktober 2021   10:58 Diperbarui: 7 Oktober 2021   11:03 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Semuel Leunufna

Sebagai pengajar, saya menekankan kepada mahasiswa; "sejarah memberikan visi";  "kalau tak paham asal usul kita, maka tak paham pula kemana kita pergi".  

Tentu bukan sebagai sejahrawan (historian), tetapi sebagai pengajar ilmu alam (natural scientist) menjelaskan sejarah pengembangan ilmu dan aplikasinya sehingga mencapai kemajuan yang ada saat ini.  

Dalam konteks ini maka sejarah harus merupakan fakta/cerita yang sebenarnya, tidak direkayasa atau diarahkan demi kepentingan tertentu atau mungkin tanpa mempelajari secara lengkap, menuturkan kejadian yang subjektif, dari kemauan sendiri.  

Dalam konteks ini pula keingintahuan (curiosity)  Dpl. Oek. Engelina Pattiasina yang dituangkan dalam tiga (3) edisi tulisan berjudul Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura, mendapatkan justifikasi yang kuat.

Secara leksikal, kapitan poelo berarti Kapten pulau sementara Kapitan Pattimura berarti Kapten Raja Mura.   Penamaan Kapten Poelo mendapatkan ulasan dan bukti bukti, catatan sejarah pada saman nya (sebagaimana diungkapkan Penulis) dan jelas memberikan gambaran sosok kepemimpnan yang mampu menyatukan kekuatan dari berbagai pulau yang mulanya sulit disatukan.  

Kepemimpinan laki-laki kabaresi ini keras dan  agak supresif setelah terpilih, tetapi juga karakter yang dihormati dan ditaati oleh kepemimpinan pulau-pulau yang beragam karakter, agama dll.  

Keterpilihan Matulessy juga adalah gambaran implementasi demokrasi dengan dinamikanya pada tahun 1817-an.  Matulessy, selain prestasi militer yang ditorehkan, juga terlihat dalam berbagai perjuangan rakyat. Hal ini memberi peluang tokoh masyarakat lain yang mengamati dan melihat kapasitasnya nya kemudian mengusulkan Thomas Matulessy sebagai pemimpin pulau-pulau yang kemudian disetujui dan dikukuhkan.  

Dasar perjuangan Matulessy dan para pahlawan kepulauan lainnya jelas tergambar dalam tiga point yang dirumuskan: penindasan, kerja paksa, pemungutan liar (upeti) dsb. ;  perekonomian yang  morat-marit (alat pembayaran yang sah yang digunakan masyarakat tidak lagi diakui kompany); pendidikan yang terbengkalai baik ilmu pengetahuan maupun budi pekerti, keimanan, etika (perlunya Guru dan Pendeta).

Penamaan Kapitan Pattimura terlihat tidak mendapatkan catatan sejarah yang luas pada samannya saat dimana peristiwa kepahlawanan itu ditunjukkan, ataupun kalau ada, bukti bukti ini belum terungkap sejauh penelusuran literature yang dilakukan penulis.   Menurut catatan penulis (Ibu Engeline Pattiasina) baru sekitar tahun 1950-an nama Kapitan Pattimura mengemuka, muncul ke permukaan. 

Meskipun demikian nama ini telah mendapatkan pembenaran  yang juga kuat dengan penggunaanya dalam pengakuan oleh Presiden Sukarno, penyematan gelar Pahlawan Nasional saman Presiden Suharto,  pengabadian dalam bentuk penamaan Jalan, Univeritas, lapangan terbang dan lain sebagainya.

Pertanyaannya apakah sejarah perlu diluruskan?  Bagi saya sudah atau sementara diluruskan.  Dengan mempertanyakan, mendebat, menunjukkan rasa keingintahuan, menyampaikan  tulisan secara publik maka sejarah telah diluruskan, secara kongrit juga terungkap bahwa para Kapitan Poloe atau Kapitan Pattimura generasi saat ini masih punya tugas rumah yang berat terutama para sejahrawan; mencari bukti bukti , catatan sejarah  terkait penamaan Kapitan Pattimura.  

Sejarah yang mana? Tanya Sdr. Tovanno Valentino (Gelar Kapitan Pattimura Dipertanyakan! Haruskah Diluruskan?), bagi saya keseluruhan sejarah yang sementara di bicarakan ini. 

Disputasi terkait penamaan  Kapitan Poloe vs Kapitan Pattimura pun akan menjadi catatan sejarah dan generasi Pulau-pulau Maluku kedepan akan melihat bahwa terdapat berbagai kejadian dan dinamika di masa lalu, termasuk perubahan nama  kapitan Poloe ke Kapitan Pattimura dan penjelasannya,   terkait perjuangan Thomas Matulessy dan rekan-rekannya.

Sekalipun "Nama Kapitan Poloe tidak mengecilkan atau membesarkan dan nama Kapitan Pattimura tidak membersarkan atau mengecilkan perjuangan Thomas Matulessy dan rekan seperjuangannya",  seolah mengulangi kata William Shakespiere " Apa Arti Sebuah Nama"? (What is in A Name?), adalah adil untuk dipertanyakan darimana asal usul nama-nama dimaksud demi penuturan sejarah yang lebih lengkap; Kapitan Poloe sudah di jabarkan secara luas, Kapitan Pattimura masih perlu jabaran lebih jauh, sekali lagi ini tugas generasi muda Maluku.     

Satu hal penting yang terlihat jelas adalah bahwa Visi-Misi perjuangan Thomas Matulessy dan rekan-rekan nya masih tetap relevan saat ini dan sementara diperjuangkan Kapitan Poloe muda dan Pattimura muda; Kemiskinan (pengembangan ekonomi);  Korupsi, kolusi, nepotisme; pendidikan (ilmu pengetahuan dan kerohanian).

History provide Vision, without Vision people perish. 

Bali, Awal Oktober, 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun