Mohon tunggu...
Semita Dhiya AnNajwa
Semita Dhiya AnNajwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Juara II LKTI Nasional 2021

Mahasiswa Ekonomi Syariah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Selanjutnya

Tutup

Money

Budidaya Maggot Solusi Permasalahan Limbah Organik yang Bernilai Ekonomis

28 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 28 Desember 2021   19:13 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menginjak di penghujung akhir tahun ini tak jarang berita bencana terdengar dan dialami dari sebagian kita terlebih hujan yang sudah memasuki musimnya. Banyak berita banjir bandang dan longsor dimana-dimana. Entah bencana itu memang murni dari alam atau memang karna ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab atas tanah dan sungai yang mereka cemari dengan limbah hasil produksi kegiatan mereka.

Limbah yang dibuang ke sungai dapat merusak mikroorganisme yang ada di laut. Hal ini tentu akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi lingkungan sekitar seperti bau tidak sedap yang dihasilkan oleh limbah-limbah yang tergenang di sungai lebih parahnya lagi dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Pemerintah setempat melakukan berbagai perbaikan untuk meminimalisir kotanya dari banjir yang disebabkan dari limbah produksi masyarakatnya tetapi masih banyak juga masyarakat yang belum menyadari bahwa perbaikan yang dilakukan pemerintah tanpa kerja sama dan timbal balik dari masyarakatnya akan membuat pemerintah sulit untuk merealisasikan perbaikan tersebut.

Dari itu, beberapa pemerintah di wilayah Indponesia sudah menemukan sebuah cara yang dapat membantu dalam menyelsaikan permasalahan limbah masyarakat salah satunya dengan membudidayakan Maggot atau belatung lalat hitam yang dapat mencerna limbah organik. Ya, belatung lalat hitam dengan nama lain Maggot (Black Soldier Fly) merupakan jenis belatung seperti tawon yang biasa mencerna limbah organik.

Maggot biasanya bertahan hidup selama 18 hari dengan memakan limbah organik. Walaupun makanan yang dimakan berupa limbah tentu belatung ini berbeda deng belatung jenis lainnya. Bedanya yaitu, belatung ini tidak bau dan tidak membawa bakteri seperti belatung lainnya. Justru Maggot memiliki kandungan protein yang tinggi mencapai 40% yang memiliki nilai protein lebih tinggi dari pelet buatan yaitu sekitar 20%-25% sehingga banyak dijadikan alternatif pakan ternak seperti ikan dan burung.

Maggot dapat berkembang biak dengan mendatangkan pupa lalat dari jenis lain yang bersih sehingga setiap Maggot yang sudah berusia 18 hari sudah menetaskan telur dan belatung besar pun sudah siap untuk dipanen atau sudah bisa diperjual belikan untuk pakan ternak. Di beberapa negara luar negri, harga pasaran Maggot bisa mencapai Rp. 300.000 per kilogramnya. Hal ini tentu membuat Maggot memiliki nilai ekonomis fantastis dan menjadi ide bisnis yang menarik bagi beberapa kalangan dan pemerintah kota.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun