Mohon tunggu...
Buyumski Barbara
Buyumski Barbara Mohon Tunggu... -

loveable

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manage Your Energy! Don’t Just Manage Your Time

19 Maret 2015   12:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:26 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun menikmati kesibukan, seringkali saya berharap diberikan waktu lebih banyak. Penulisan artikel ini, misalnya, disusun sambil mewawancara beberapa kandidat di sebuah kafe. Laptop, caramel macchiato, dan pikiran saya menjadi threesome yang andal. Lucu juga saat mengetahui kandidat yang saya temui merasakan hal serupa. Hampir segalanya mereka miliki, kecuali waktu. Bagaimana dengan Anda?

Tick tock, tick tock, your time is up.

Kalau dipikir-pikir, hampir tidak ada yang lebih fair bagi manusia selain waktu. Semua dapat jatah sama, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, dan 12 bulan setahun. Konsep pengelolaan waktu yang baik hampir selalu berbanding lurus dengan pencapaian dalam hidup dan karier. Tapi, pengelolaan waktu saja tidak akan pernah cukup. Ada faktor lain yang seringkali dilupakan, ENERGI.

Karier adalah segala hal yang kita kerjakan pada sebagian besar waktu kita. Bukan sekadar bicara pekerjaan atau proses mendapatkan uang, karier adalah segala hal yang berkaitan dengan passions dan tujuan hidup. Energi adalah bahan bakar dalam karier untuk terus bekerja, berkarya, dan berkontribusi.

The more employees act like owners, the better…

Masih ingat pertama kali masuk kerja? Awalnya, begitu besar energi yang kita miliki. Lembur tidak pernah jadi masalah, demikian juga gaji yang tidak seberapa. Sejalan dengan waktu, energi terasa memudar atau bahkan hilang. Kepedulian yang besar akan pekerjaan, rekan kerja, dan perusahaan belakangan terasa seperti basa-basi. Saat membaca artikel ini, berapa banyak di antara kita yang lebih riweh soal gaji, bonus, fasilitas, dan jabatan? Kepedulian hanya kepada diri sendiri dan keluarga (baca: diri sendiri). UUD (ujung-ujungnya duit) menjadi kelaziman dalam berkarier. Kalau pikiran boleh bersuara, bunyinya kurang lebih akan seperti ini: “Energi yang sudah minim harus dikonservasi dengan memastikan imbal jasa yang layak (baca: banyak).” Benarkah energi kita menyusut sejalan dengan perkembangan karier?

E = mc2

Albert Einstein mencetuskan teori kekekalan energi di awal abad ini. Berhubung pemahaman fisika saya terbatas, kalau tidak salah, teori ini memberi rujukan kalau energi bersifat kekal. Bisa saja berubah bentuk, tapi by design ia akan abadi. Setiap aktivitas manusia perlu energi, misalnya tersenyum, marah, berpikir, mencipta, dan mencintai. Begitu pula berkarier. Kita hanya perlu tahu cara memunculkannya.

Give me back my energy!

Energi sebenarnya tidak pernah menyusut atau hilang, hanya perlu usaha untuk membangkitkannya. Cara paling mudah  adalah  dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

Passion, it’s about knowing what’s really important in your life and what you are going to do about it. Mau tahu rasanya bekerja sesuai passion? Ingat saja saat-saat kita jatuh cinta. Semua terasa menyenangkan, more giving than taking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun