Mohon tunggu...
Buyumski Barbara
Buyumski Barbara Mohon Tunggu... -

loveable

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ngobrol tentang Wealth Planner bersama Wealth Planner

26 Maret 2015   13:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:58 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa definisi wealth planner?

Sebenarnya, itu definisi baru. Istilah ngetopnya financial planner. Kemudian, ada 'distorsi', seperti istilah wealth manager. Nama profesinya dalam bahasa Indonesia adalah perencana keuangan. Pekerjaannya membantu nasabah mengatur keuangan, hingga pemilihan investasi yang tepat.

Sejak kapan profesi ini ada di Indonesia?

Mulai 2001.

Bagaimana mekanisme kerja seorang wealth planner?

Ada beberapa kategori. Pertama, konsultasi (ngobrol). Harganya dihitung per jam. Kemudian, ada yang sifatnya kasus per kasus. Ada juga yang hitungannya satu paket sekaligus antara yang pertama dan yang kedua.

Apa yang menarik dari profesi ini?

Pertama, uang. Tentu sangat menjanjikan. Di Amerika, tingkat penghasilan seorang wealth planner mencapai US$150.000 (kira-kira Rp1,4 miliar) per tahun dan ini menjadi profesi yang paling diminati dari segi pendapatan. Kedua, membicarakan uang yang sebelumnya tabu dibicarakan. Paling tidak, para nasabah harus terbuka. Selanjutnya, kalau kita ngomongin uang, keluarga, berarti kita membicarakan tingkat kepercayaan. Selain itu, para nasabah mempunyai masalah yang berbeda. Hal itu yang membuat saya tidak bosan. Terakhir,  kepuasan saat berhasil membantu nasabah.

Bagaimana risiko seorang wealth planner jika gagal melakukan tugas?

Risiko paling parah adalah salah memberikan nasihat. Tapi, ada cara-cara untuk meminimalisasi risiko tadi. Selain itu, penyebab kegagalan ada dua, yaitu eksternal dan internal. Yang bisa kami kontrol adalah internal, sedangkan eksternal, seperti force major, itu di luar prediksi. Seperti krismon 1997. Bukan satu investor saja yang kolaps, semua investasi berantakan. Bahkan, di luar negeri ada asuransi profesi untuk melindungi kami dari tuntutan.

Apa syarat menjadi seorang wealth planner?

Pertama, Anda tidak cukup hanya punya jiwa marketing. Tapi, harus mau juga melayani karena kami, kan, konsultan. Saat Anda berpraktik sebagai konsultan, 70% ilmu yang Anda gunakan adalah psikologis, 30%-nya baru manajemen. Kedua, background. Itu bisa ditutupi oleh pendidikan. Memang, idealnya harus lulusan ekonomi, tapi lulusan lain pun tidak masalah. Yang penting, harus melanjutkan pendidikan. Setelah formal, ada yang namanya pendidikan profesi. Dan, itu sudah disertifikasi.

Dari mana Anda mendapatkan nasabah?

Kalau sekarang, mereka yang mendatangi saya. Mereka tahunya dari mulut ke mulut. Awalnya, memang dari teman-teman dekat dahulu, keluarga, sahabat, lalu menyebar ke mana-mana. Lebih bagus lagi kalau Anda punya program khusus milik Anda di berbagai media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun