Mohon tunggu...
Semesta Kasih
Semesta Kasih Mohon Tunggu... Montir - montir kata
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

montir kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belajar dari Kasus Penusukan Menkopolhukam, Mari Bersatu Lawan Radikalisme

15 Oktober 2019   14:55 Diperbarui: 15 Oktober 2019   15:06 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Kasus penusukan yang terjadi pada Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menjadi national warning bagi seluruh aspek keamanan negara.

Kita harus mulai memikirkan secara serius soa radikalisme agama dan keamanan masyarakat Indonesia.

Hal ini seperti diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat menjenguk Menko Polhukam Wiranto yang dirawat di RSPAD Gatoto Subroto, Jakarta Pusat.

Menurutnya, harus ada prosedur tetap ketika terjadi upaya-upaya yang melawan negara seperti penusukan Wiranto itu.

Dan, negara harus memastikan seluruh keamanan bagi pejabat negara, karena bagaimanapun menjaga kemanan negara dan masyarakat merupakan tugas yang melekat pada pemerintah.

Berbagai upaya yang melakukan perlawanan terhadap negara dan simbol-simbol negara tidak boleh dibiarkan.

Karena itu, Presiden Jokowi akan menindak tegas pelaku penusukan mantan Panglima ABRI itu. Penusukan itu merupakan bentuk perlawanan terhadap negara.

Kita mendukung pemerintah bila menjadikan peristiwa penusukan Menkopolhukam ini sebagai momentum evaluasi dan upaya memperbaiki prosedur keamanan pejabat dan masyarakat.

Mengingat penyebaran paham radikal dan aksi terorisme saat ini telah mengkhawatirkan. KIta harus bersama-sama mencegah agar keduanya tidak semakin berkembang.

Bahkan, kini saatnya kita perangi dua musuh bangsa Indonesia itu. Jangan sampai kita kalah dengan para teroris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun