Mohon tunggu...
Fahri Semendaway
Fahri Semendaway Mohon Tunggu... wiraswasta -

wiraswasta Olahraga Minat pada Marketing Pendidikan Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sabotase di Area Ring Satu, Konyol bin Bahlul

7 Maret 2016   04:31 Diperbarui: 7 Maret 2016   06:54 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pasukan Oranye sedang memuat kulit kabel ke dalam truk, photo tribunews.com"][/caption]Kegaduhan soal sabotase ini berawal dari tergenangnya air dibeberapa titik yang menjurus ke banjir pasca hujan semalaman (padahal seluruh warga Jakarta sudah haqul yakin kalau DKI Jakarta tidak akan banjir lagi setelah ditangani oleh Ahok) dari rusaknya mesin pompa penyedot air untuk mengurangi debit air yang ada dibeberapa pintu air di Jakarta.

Keberadaan Kulit kabel yang ditemukan didalam saluran air akhirnya menjadi media darling sekarang, gara-gara di tuduh bersekongkol dengan tukang sabot menghambat jalannya air sehingga Jakarta jadi banjir lagi, tidak tanggung tanggung tempat yang disabot yaitu kawasan Medan Merdeka, itukan area ring 1, kok bisa.

Apalagi dilihat dari jumlah kulit kabel tersebut, 23 truk penuh, wow fantastik …. Oohh truk tanggung dengan tinggi bak nggak sampai 1 meter (0,8m) … padat nggak isi nya? … nggak juga tuh, sepertinya masih banyak rongganya … ya susah lah kalau mau dipadatkan, butuh tenaga tambahan, kasihan pasukan oranye nya.

Jangan-jangan petugas jaga ring 1 disana cuma tidur kerjanya, jadi bisa kebobolan oleh tukang sabot, sebab nyabotnya pasti malam hari. Kalau siang nggak mungkin membuang 23 truk kulit kabel ke got, karena bakal dipentungin oleh pasukan oranye dan dilihat orang-orang yang sedang lalu lalang dan dari kendaraan yang sedang macet. Tukang ketoprak juga nggak mungkin membuang kulit kabel, karena yang biasa dia buang itu ya kulit ketupat atau kulit bawang putih, apalagi tukang ketoprak sudah diusir dari lingkungan itu. Jadi gimana caranya proses penyabotan berlangsung.

Ada satu cerita terkisah pada pertengahan 2014, saya dengan teman-teman kedatangan proposal yang aduhai dan menggiurkan, menawarkan join operasional, proyek senilai 100 Milyar Rupiah lebih dengan modal hanya 20% nya saja, menggiurkan bukan!, walaupun pada akhirnya nggak jadi juga kita kerjakan karena modalnya 20 Milyar Rupiah, saat itu kita nggak punya duit segitu. Proyek apa gerangan.

Proyek survey dan memetakan jalur pengantian serat optik PT. Telkom area Jabodetabek sepanjang 3 juta meter (bunyi proposalnya), maincont nya adalah perusahaan Telekomunikasi dari Cina, menurut Si pembawa proposal beberapa kali rapat dengan kita-kita, bahwa kita dibeking oleh koperasi berseragam jadi pasti dapet jadi subcont nya.

Alhasil hitung punya hitung memang besar untungnya, dan berusahalah kita sekuat tenaga cari modalnya, setelah kita hitung ulang lagi secara tidak sengaja (maklum newbie dalam proyek perkabelan) dapatlah satu pos pemasukan yang tidak tercantum dalam proposal yaitu pos limbah kabel lama yang terbuat dari tembaga, kan ada harganya itu, waktu itu harga tembaga kurang lebih Rp 40 ribu/kg. Sampai disini setelah kita kemukakan dalam rapat, kita dapat pemberitahuan kalau kalau pos itu tidak boleh dihitung sebagai pemasukan karena proyek kita tidak terlibat pada penarikan dan penggantian kabel kabel tembaga dengan kabel serat optik, karena kontraktornya perusahaan lain.

Oh ya lupa, sewaktu kita hitung nilai kabel lama (limbah) sampai pada perkiraan selain isinya yang berupa tembaga apakah kulit kabel itu ada harganya juga, menurut teman yang biasa bermain kabel tembaga, itu harus dihilangkan dulu, dia bisa membakarnya tapi harga tembaga akan turun, kalau mau bagus harga tembaganya kulit harus dikupas, sampai disitu kita mulai bingung dengan limbahnya karena hal ini pasti memakan biaya lagi, sudah kena biaya pengupasan ditambah biaya pembuangan dan kemana buangnya. Untunglah datang khabar kalau kabel lama tidak usah dipikirkan karena bukan tugas perusahaan kita, senang campur sedih juga, senangnya lepas dari tambahan beban tapi sedihnya duit limbah tembaga itu puluhan juta yang nggak jadi pemasukan kita, wong bukan proyek kita kok diakui dasar kurang baca detail proposal, sudah silau aja dengan duit ember emberan. Akhirnya nol juga buat kita-kita karena nggak jadi juga dapat proyeknya, he he akhirnya kita sadar diri, nggak punya modal kok belagu, mau ikut proyek sebesar itu, entah akhirnya jadi atau tidak proyeknya dan siapa yang dapat kita juga tidak tahu.

Tentunya tulisan ini tidak untuk menuduh atau menghakimi bahwa kulit kabel sabotase itu adalah kulit kabel dari proyek ini (karena saya yakin Polisi pasti sudah bisa meraba-raba dari mana dan bagaimana terjadinya kulit kabel itu tiba-tiba berada disitu) tapi ini hanya sebagai cerita dan wacana jika proyek penggantian kabel baik Telekomunikasi maupun Listrik, limbahnya pasti ada harganya dan pembuangan sisa yang berupa kulit kabel itu biayanya tidak sedikit pula, kalau mau dibuang sendiri ke Bantar Gebang misalnya, hitung saja yang baru diangkat (nggak tahu deh masih berapa truk yang tersisa didalam got yang belum terangkat) 23 truk engkel x Rp 1,5 juta, kan Rp 35 juta kurang dikit, untuk DP Avanza juga sudah bisa tuh.

Sampai disini mungkin para pembaca sudah bisa terbayang, apa dan bagaimana kok bisa kulit kabel itu ada disitu, selain dimungkinkan juga jika ada sabotase sesuai kata Ahok./FS07032016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun