[caption caption="Jangkar Nusantara"][/caption]
Bicara soal data perekonomian yang lebih holistik daripada data mistik para provokator. Rasanya menarik untuk membaca bagaimana seorang Alan Budiman melalu artikelnya berjudul "Dollar, Orang Gila Serta Kabinet Kerja dan Doa". Hanya saja saya ragu apakah cara sedemikian cerdas, bernas dan ilmiah akan dibaca. Atau akan disanggah dengan data yang lebih valid lagi. Mestinya membaca bagian ini saja semua mata bisa melihat dan setiap kepala bisa berpikir rasional:
"Current Account adalah fokus makroekonomi mancakupi Trade Balance yang memberikan data ekspor-impor. Trade Balance Indonesia yang lebih sering minus sejak 2012 lalu, pada 2015 berhasil surplus 1.3 milyar dollar, yang artinya jumlah ekspor negara ini lebih besar dibanding impor. Lucunya, hal ini terjadi saat ekonomi global lesu dan negara-negara sedang kesulitan menjual produknya. Mata uang rupiah yang terus tergerus itu tidak bisa menahan laju nilai ekspor, dan tentu saja surplus ini akan menjadi cukup wajar jika dollar anjlok seperti 2008 lalu, tapi surplus saat dollar adidaya? Saya rasa luar biasa. Jelas ada usaha sangat ekstra" - tulis Alan Budiman di Kompasiana.
Tapi baiklah bila memang enggan membaca tulisan Alan Budiman sampai muntah. Muntah karena pikiran haters yang sulit menerima kenyataan dan lebih memilih hidup di alam imajiner. Tempat dimana Presidennya pokoke bukan Jokowow. Mungkin mereka sudah mengimajinasikan hidup di negara alam barzah.
Saya sarankan untuk jujur menilai situasi ekonomi. Simaklah baik-baik oleh anda para Haters maupun Jokowers. Jangan terlalu hidup dalam kebencian ataupun pujian. Berikutnya kalau sulit melihat situasi ekonomi Indonesia dengan sajian data. Saran saya tak perlu baca artikel Alan Budiman. Lihat sendirilah dari gejala yang paling mudah anda amati. Dari lingkungan atau dari daftar tagihan dan pengeluaran bulanan anda. Bila hidup anda normal dalam arti tidak menerima dan mengeluarkan duit secara fenomenal. Bila anda jujur maka anda sebenarnya bisa menilai lebih jernih dan hebat dari para politisi yang mewakili kekayaan anda di Senayan.
Saya ambil contoh misalnya untuk anak kos, belajarlah dari harga kos yang masih stabil. Belajarlah dari harga makanan dan transportasi yang juga tidak membubung seperti yang diberitakan oleh para provokator. Cobalah lihat apakah ada perubahan harga yang signifikan dari barang kebutuhan anda sehari-hari.
Jadi sebenarnya tanpa belajar lebih dari data di tulisan Alan Budiman pun, mestinya kita bisa jujur pada keadaan negeri ini dan tidak perlu candu akan provokasi. Apalagi sampai ancam bunuh-bunuhan dan rasis. Hanya orang munafik yang membesar-besarkan keadaan dan suka mencela tanpa dasar. Tapi kalau bisa belajar lebih dan memahami data di artikel ini, semoga anda sekalian mendapat berkah.
(tulisan Alan Budiman soal ekonomi sebenarnya versi ilmiah dari Tips Hadapi Krisis Ekonomi ala Sumatera Utara. Hehehe.. Terima kasih padanya yang membongkar ulang cara pikir yang yang tak berdasar dan menjawab berita fitnah di beberapa media abal-abal atau sosial media. Alan Budiman pasti sudah dapat berkah dari smash tulisannya yang mirip gaya Alan Budikusuma)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H