Ada banyak tanggapan yang muncul pasca kematian Sondang. Tapi amat mengecewakan memang mendengar respon miring yang disampaikan banyak pihak yang perspektif berpikirnya terlalu dangkal untuk memahami bahwa aksi Bakar Diri bukanlah Bunuh Diri sekalipun sama-sama berdampak pada kematian. Sah-sah saja bila ada yang merasa aneh dengan tindakan almarhum dalam menyuarakan suaranya yang selama sekian demo tidak pernah mengusik hati pejabat negara. Tindakan aksi bakar diri untuk mengangkat Voice of Voiceless memang sangat disesalkan karena tidak mendekati cara-cara damai yang menghargai hidup itu sendiri. Kendati demikian, bila hidup sudah kotor atau dikotori oleh keserakahan pelaku korup, dikotori oleh politisasi hidup masyarakat dengan permainan berita media tanpa ada peningkatan kesejahteraan rakyat yang berarti, maka sesungguhnya aski bakar diri Sondang sebenarnya mengkritisi hidup berbangsa yang demikian. Tindakannya adalah suatu bentuk totalitas dalam memperjuangkan hak bangsa yang lebih luas dengan mengorbankan haknya sendiri. Pengorbanan hak yang sangat sulit ditemukan di wajah pejabat publik kita. Melalui tulisan ini, saya mengajak setiap orang sekalipun tidak sepakat dengan aksi Sondang agar tidak merendahkan tindakannya apalagi menyamakannya dengan aksi bunuh diri begitu saja. Kita tidak pernah memang benar-benar paham maksudnya kecuali mencoba memahami alasannya melakukan aksi bakar diri. Tapi yang jelas ia telah membakar hati banyak orang untuk semakin peduli pada carut marut kebangsaan kita. Ia mati tapi ia menghidupkan kesadaran banyak orang untuk terus berjuang dan rela berkorban demi sesama. Sondang tidak mati sia-sia karena ia tidak bunuh diri. Ia menghidupkan hati kita ... Selamat Jalan Kawan, Terima Kasih telah menghidupkan hati nurani kami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H