Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Menalar Sikap BEM-SI

21 Mei 2015   20:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14322166642145961882

Pernah berdemo dan membuat macet jalan. Hari ini giliran menjadi " tumbal aksi", menghidupi jalanan macet dengan tubuh penuh keringat. Tapi satu catatan dalam komentar di artikel ini sungguh menusuk jantung kesadaran. Demonstrasi dalam konteks Jakarta sungguh berisiko hebat. Bagaimana tidak, tanpa demonstrasi saja setiap hari macet. Maka ketika seorang pengguna kendaraan yang berkomentar soal adanya pesakitan di ambulan yang terjebak dalam kemacetan, saya berpikir.

Haruskah nyawa rakyat sendiri ditumbalkan demi sebuah aksi? Saya kira realitas ini harus masuk dalam pertimbangan skenario aksi mahasiswa di ibukota. Demokrasi memberi ruang pada aksi demonstrasi, namun ketika rezim membuka dialog kenapa harus dianggap sebagai hal tabu. Keterbukaan rezim harusnya menjadi pintu masuk mahasiswa dalam menggolkan agenda kerakyatan secara keras. Jangan sampai agenda aksi hanya menjadi euforia masa muda, apalagi tanpa mempertimbangkan kepentingan publik yang lebih luas. Terlebih agenda meminta turun sedang bukan eranya lagi. Eranya sekarang adalah mahasiswa turun sekali waktu dari panggung demonstrasi menuju panggung partisipasi. Mumpung penguasa juga mau turun dan mengajak mencari solusi.

Pada satu sisi lain mari kita mencermati potongan dari pernyataan sikap BEM-SI sebagaimana dirilis dalam situsnya. Saya kutip dari situs BEM-SI demikian:

________________________________________________________

"Jika sampai tanggal yang sudah ditentukan (19/5) Presiden tetap tidak mau menemui kami untuk dialog terbuka maka kami akan jemput paksa beliau 21 Mei 2015 di Istana dengan ribuan massa.

Hidup Mahasiswa!!
Kita dilahirkan untuk dijalanan bukan untuk makan malam!

Selasa, 18 Mei 2015
Atas Nama Aliansi BEM Seluruh Indonesia

Ahmad Khairudin Syam*
(Koordinator BEM SI)

_________________________________________________

Coba simak baik-baik pernyataan sikap calon pemimpin bangsa dari kalangan intelektual ini. Amati dengan baik tiap kata dan gagasan bernas yang ada di dalamnya. Mari kita sikapi dengan kritis klaim sikap kritis mereka. Bagi mahasiswa atau pernah menjadi bagian dari gerakan mahasiswa yang turun ke jalan, mungkin tidak sepakat dengan catatan saya ini. Tapi bagi saya ini menarik untuk kita refleksikan secara kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun