Kebiasaan kita apabila ingin menyantap makanan atau meminum minuman panas adalah dengan cara meniupnya. Hal ini bertujuan agar makan atau minuman tersebut dapat segera dinikmati. Bahkan kebiasaan tersebut juga diajarkan secara langsung maupun secara tidak sadar oleh orang tua kita. Namun, tahukah Anda bahwa hal ini adalah kekeliruan karena jika kita sering melakukannya akan beresiko terhadap kesehatan?
Makanan atau minuman yang masih panas tersebut akan mengeluarkan uap air (H2O) jika kita meniupnya, maka kita akan mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia, apabila H2O bereaksi dengan CO2akan membentuk senyawa asam karbonat (H2CO3) yang bersifat asamyang berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah. Darah sendiri merupakan Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan basa kunjungsinya berupa HCO3.
Tubuh menggunakan pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Jika kita meniup makanan atau minuman yang masih panas artinya kita mengkonsumsi makanan yang mengandung H2CO3yang mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah menjadi lebih asam dari seharusnya, sehingga pH dalam darah menurun. Keadaan ini disebut dengan istilah asidosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah. Efek negatif dari hal tersebut adalah pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat karena tubuh berusaha menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan karbondioksida. Selain itu ginjal juga berusaha keras menetralkan keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.Jika kondisi ini berlangsung terus menerus, kita akan merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, sering mual dan juga mengalami kebingungan. Bila asidosis tidak tertangani dengan baik maka tekanan darah akan menurun, syok, koma, bahkan bisa menyebabkan kematian.Pramono, ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin mengatakan:
1. Meniup makanan akan memberikan peluang adanya transfer kuman dari si peniup ke makanan/minuman yang kita tiup. Bayangkan apabila si peniup sedang sakit flu , TBC atau mungkin hepatitis maka kemungkinan penularan akan terjadi.
2. Jika kita meniupnya, maka kita akan mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia, apabila uap air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat (carbonic acid) yang bersifat asam, sehingga dapat menjadi masalah bagi kesehatan kita. Meskipun pendapat ini masih perlu diperdebatkan karena ada yang berpendapat bahwa Reaksi antara CO2 dan H2O hanya terjadi pada suhu dan tekanan tinggi. CO2 dapat larut dalam air dalam tekanan tinggi, membentuk H2CO3. pada 25 derajat celcius, Kc = 1.70 x 10-3. Untuk mencapai keseimbangan, reaksi antara CO2 dan H2O membutuhkan katalisator. Kalau tidak ada katalisator, reaksi ini akan berjalan lambat. H2CO3 merupakan asam lemah.
3. Alasan lain jangan meniup adalah sebenarnya yang bermasalah bukan pada airnya, namun ada pada komponen yang berada di air yang mengandung kapur tohor (CaO). Apabila ditiup oleh nafas manusia, maka akan terjadi reaksi antara CaO dengan CO2 yang nantinya akan menghasilkan batu kapur (CaCO3). Nah, batu kapur inilah yang dapat mnyebabkan kita menderita batu ginjal.
Setelah melihat dampaknya, tentu saja kita akan menghindari hal tersebut 'kan? Karenya, cara yang paling aman adalah dengan cara mengipaskan atau mengaduk-aduk makanan atau minuman yang akan kita nikmati.
Sumber:
http://www.tribunnews.com/2013/01/10/meniup-makanan-panas-berpeluang-mentransfer-kuman
http://pulsk.com/209437/Bahaya-Meniup-Makanan-Panas.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI