Mungkin bahasan ini sudahlah basi, karena banyak orang yang sudah mengupas tuntas, mengapa mereka tidak (lagi) percaya dengan kata-kata sang incumbant itu. Sebagian besar alasan itu disampaikan dengan nada dan isi yang serius, bahkan mungkin setengah marah mengenai berbagai janji capaian ekonomi dan politik yang disampaikan semasa kampanye yang saat ini entah terealisasi atau tidak.Â
Tulisan ini agak berbeda, karena  memberikan alasan ketidakpercayaan berdasarkan hal yang remeh temeh dan sepele. Bagi sebagian orang mungkin itu tidak penting dan tidak diperhatikan, tapi bagi sebagian yang lain, yang memandang bahwa seorang pemimpin seharusnya amanah dan dapat dipegang kata-katanya, kata-kata yang keluar dari mulut adalah cerminan dari kapasitas pribadi seseorang. Kalau orang Jawa bilang: ajining dhiri iku seko lathi, atau letak penghargaan pada seseorang itu terletak pada seberapa teguh dia mampu merealisasikan kata-katanya. Atau dalam arti yang lebih luas, seberapa jauh dia berkata jujur dan dapat dipercaya.Â
Tuiisan ini sebenarnya sudah mengganjal sejak ada wawancara di radio antara Radio Prambors dengan Jokowi untuk memperingati hari radio yang tidak salah jatuh sekitar bulan September. Pada saat itu, Jokowi ditanya apakah suka mendengarkan radio, dan dijawab: suka. Lalu penanya, yang katau tidak salah Desta atau Gina bertanya lagi," Lagu apa yang suka didengarkan?".Â
Jawaban atas pertanyaan ini seolah menimbulkan kekosongan panjang dalam benak. Bagaimana tidak, sang presiden menjawab bahwa lagu yang disukainya salah satunya adalah lagu-lagu Burgerkill. Whatt??? Seumur-umur mendengarkan radio, rasa-rasanya belum pernah mendengar lagu-lagu dari band underground itu, entah kalau teman-teman yang lain. Jawaban itu kemudian menimbulkan berbagai pertanyaan ikutan:Â
1. Benarkan lagu-lagu Burgerkill diperdengarkan di radio, setidaknya di Jakarta, Bogor atau Bandung?
2. Apakah benar-benar pak presiden suka mendengarkan radio, radio yang mana itu yang memutarkan Burgerkill?Â
3. Benarkah pak presiden suka lagu-lagu underground, kalau ya lagu apa yang suka dinyanyikan?Â
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu sepertinya mengarah pada jawaban skeptis: ah, itu kan hanya untuk menarik anak muda saja. Sudah biasa, gak usah dipercaya dan gak usah dianggap penting. Ya gimana lagi, kalau sudah dianggap biasa dan tidak penting lagi?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H