Mohon tunggu...
Yenny Susilawati
Yenny Susilawati Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Buku yang Mengubah Hidup Saya

3 November 2011   01:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07 4435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Harold Kushner, seorang penulis dan guru termasyhur pernah mengemukakan bahwapada usia di atas lima puluh tahun, biasanya manusia mempunyai satu kerinduan khusus, yaitu kerinduan akan ”makna hidup.”

”Apa arti dari semua yang kumiliki ini?”

”Apa arti hidupku?”

Begitu juga dengan kehidupan saya, dan juga Morrie Schwartz, seorang dosen filsafat seusai pensiunnya. Sebelum ajalnya, dia terkena penyakit yang mematikan. Dalam sakitnya itu pun, ia tetap memiliki semangat hidup yang tinggi. Meskipun tidak bisa buang air sendiri, tidak bisa makan sendiri, dalam tubuhnya yang renta, jiwanya belum mati.

Beberapa tulisan ini saya petik dari buku ” Selasa Bersama Morrie”, saya dedikasikan pada Morrie Schwartz.

Tentang cinta:

”Pada akhirnya cinta yang menang, cinta selalu menang”

Itulah sebabnya dalam hidup kita, setiap tujuan hidup kita, harus mengandung cinta dan pengabdian di dalamnya, maka tujuan kita baru benar-benar berarti, dan takkan bisa mati.

Tentang memaafkan:

Kita perlu untuk memaafkan diri sendiri, kemudian orang lain, akan apa yang kita tidak lakukan, yang seharusnya kita lakukan. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, jangan terlalu menyesali hal yang seharusnya terjadi”

Tentang arti hidup:

Sangat banyak orang hidup dalam kehidupan yang tanpa arti. Mereka seperti setengah tertidur, meskipun tampaknya mereka sibuk melakukan hal yang penting. Itu karena mereka mengejar hal yang salah. Kita mendapat arti hidup dari mengabdikan diri kita untuk mengasihi orang lain. Abdikanlah dirimu pada komunitasmu, dan membuat sesuatu yang punya makna.”

Yah, kadang rutinitas harian menyita dua puluh lima jam dalam sehari. Kurang istirahat, kurang introspeksi, kurang pengembangan diri, hidup hanya kumpulan rutinitas.

Tentang kepercayaan:

“Kalau kamu pernah mempercayai seseorang, kamu harus juga percaya pada mereka—meskipun kau dalam kegelapan”

Tentang persahabatan:

”Kita punya tiga puluh lima tahun untuk persahabatan. Tidak perlu pembicara atau pendengar untuk merasakan hal itu.”

Tentang kematian:

”Kematian hanyalah akhir dari hidup, bukan akhir sebuah hubungan”

“Kenyataannya adalah......kalau kau bisa menerima bahwa kau bisa mati kapan saja—lalu kau baru tidak akan menjadi terlalu ambisius seperti sekarang ini.”

Tentang keluarga:

“Faktanya adalah, tidak ada dasar yang lebih kuat, daripada yang orang bisa berdiri sekarang ini, kalau tidak ada keluarga.”

Tentang masa muda:

“ Aku tahu betapa menakutkannya masa muda itu, jangan beritahu aku, sangat menyeramkan--- dan yang paling menyeramkan adalah, anak muda tidak bijaksana. Mereka hanya punya sangat sedikit pengertian tentang hidup”

Tentang menjadi tua:

”Menjadi tua bukan berarti menjadi lemah, itu adalah pertumbuhan”

”Kalau kau berusaha memeranginya dengan berbagai cara, tidak akan berhasil, kau hanya akan menjadi tidak bahagia, karena menjadi tua itu alamiah.”

”Bagaimana aku bisa iri dengan keadaanmu sekarang, kalau aku pernah berada ditempatmu sebelumnya.?”

Tentang status dan kekayaan:

”Kalau kau mengejar status dan materi untuk mengesankan orang lain, berapa banyak pun kau berusaha membuat orang di atasmu terkesan, tidak akan berhasil, meskipun mereka mungkin sesekali melihat ke bawah. Begitu juga ketika kau berusaha mengesankan orang di bawahmu. Mereka hanya akan iri padamu. Hanya dengan hati yang terbukalah, kau bisa diterima dimana saja.”

Tentang menjadi nomor dua:

Apa salahnya tidak selalu menjadi yang nomor satu?”

Buku ini berjudul ” Selasa Bersama Morrie”. Terjemahan dari judul aslinya ”Tuesday with Morrie”. Sebuah makna hidup mendalam yang bisa saya pelajari dari kehidupan seorang ”Guru Sampai Akhir”

Kisah nyata yang diceritakan mahasiswanya, Mitch Albom yang setiap Selasa selalu mengikuti kuliah kehidupan Morrie, dalam kondisi kesehatan Morrie yang buruk, dan inilah asal dari judul buku ini..manusia selasa... ” Selasa Bersama Morrie”.

Begitulah kekuatan buku ini dalam hidup saya, memberi inspirasi dan harapan, sekaligus mengubah arah dan tujuan hidup saya, dari yang dulu mengejar materi, menjadi mengejar pengabdian. Apa yang bisa saya lakukan bagi orang di sekeliling saya? Sejak itu saya mulai aktif dalam program ”rumah singgah”, memberikan pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di sekitar saya.

Ternyata buku bisa membuat makna dalam hidup seseorang.

Kekuatan kata-kata yang ada di sebuah buku, yang mengalir ke dalam jiwa kita, menggerakkan tubuh kita.

Manusia bisa bertahan hidup 40 hari tanpa makan, namun tak sanggup bertahan 4 detik tanpa harapan.

Ah, begini rupanya kekuatan sebuah buku itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun