Suatu bangsa akan maju atau tidaknya dilihat dari siapa pemimpinnya. Karena dia adalah penggerak. Memberi kebijakan-kebijakan dan memiliki otoritas yang tinggi ditengah masyarakat. Mencari pemimpin kuat lagi amanah ibarat mencari mutiara didasar lautan yang gelap. Susah didapat. Di zaman yang penuh konspirasi ini mudah sekali manusia ditipu dengan sosok berbagai penampilan manusia yang akan mencalonkan diri.
Namun saat menjadi pemimpin, maka faktalah yang berbicara. Semua menghasilkan kekecewaan. Secara realita bila berbicara seolah comberan, yang selalu mengeluarkan kata-kata kotor. Menggusur dengan dalih merapikan kota. Bunuh aktifis Islam dengan dalih teroris. Dukung LGBT dengan dalih HAM. Legalkan miras dengan dalih sumper devisa. Lindungi penista agama dengan dalih tidak ada niat. Biarkan pemurtadan dengan dalih kebebasan beragama.
Apakah pemimpin macam ini memang layak menjadi pemimpin? Seharusnya tidak terus-terusan masyarakat dibodohi dengan penampilan belaka. Cerdas dalam memilih menentukan nasib kedepan mau dibawa kemana bangsa ini.
Adalah tidak mustahil, saat salah memilih, banyak harapan yang kandas. Dan kedepannya melahirkan generasi yang galau terhadap bangsanya sendiri.
Mari kita kebelakang sejenak menengok sejarah. Melihat sebuah pemimpin yang sukses. Yaitu Dua Umar. Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz.
Umar Bin Khattab
Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Rosul yang memiliki watak keras. Sifatnya berangsur lunak setelah ia menjadi pemimpin. Namun dengan lunak itu bukan berarti dia tidak tegas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakannya. Justru kedamaian sangat dirasakan pada masyarakat dibawah pimpinannya.
Setiap malam, dia keliling kelorong-lorong kota, untuk menyaksikan bagaimana kondisi masyarakatnya. Bila ada yang membutuhkan sesuatu, maka dia akan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Pernah dia menemukan salah seorang rakyatnya yang kelaparan. Tanpa butuh waktu lama dia langsung mengambil makanan pokok dan diberikan kerakyatnya tanpa lewat perantara. Didalam kepemimpinannya ada beberapa hal yang menonjol yang dilakukan. Sebagaimana yang dikatakan Khalid Muhammad dalam buku Khulafaturrosul Shallallahu alaihi wasallam. Yaitu, Musyawarah, APBN untuk rakyat, menjunjung tinggi kebebasan, siap mendengar kritik, Terjun langsung mengatasi masalah rakyatnya.
Ia tidak akan tahu bila tidak langsung terjun melihat rakyatnya sendiri. Sampai suatu ketika dia pernah berkata, “Bagaimana saya akan dapat memerhatikan keadaan rakyat jika saya tidak ikut merasakan apa yang mereka rasakan.” Jawaban itu terucap dari seorang penguasa besar.
Atas kebijakan, ketegasan, dan kelembutannya, Umar bin Khattab dicatat sebagai pemimpin termakmur dalam masa kepemimpinan khulafaurrosyidin (Abu bakar, Umar, Ali, dan Utsman).
Umar bin Abdul Aziz