Di masa pandemik seperti sekarang ini membaca menjadi salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Baik itu membaca buku fiksi maupun nonfiksi.
Akhir cerita yang bahagia kerap kali dibayangkan oleh para pembaca buku fiksi yang sudah baper di setiap adegan dalam tulisan.
Tapi bagaimana jika kebaperan di awal yang kita baca berakhir menyedihkan?
Saya sebagai pembaca nonfiksi, jika mendapatkan cerita yang berakhir sad ending, pasti akan uring - uringan, kepikiran dan tidak menyangka cerita yang saya pilih dan baca akan berakhir seperti itu.
Sad ending, bad ending, ex sad ending dan ex bad ending adalah sekumpulan cerita yang berakhir tidak sesuai ekspetasi kita pada saat membaca di awal, sedih intinya.
Walaupun sebelumnya saya sudah menyiapkan mental, tapi selalu saja cerita yang berakhir sad ending, akan sangat menyakitkan bagi segelintir orang termasuk saya.
Saya bisa menangis sesenggukan hingga kepikiran selama 3 hari hanya karena cerita yang berakhir sad ending, menjadi emosional saat diajak berbicara atau menyalahkan si penulis yang menurut saya tidak becus karena  membuat akhir cerita yang sebegitu menyedihkannya, dan padahal itulah yang di inginkan penulis dan mereka merasa berhasil karena kita terhanyut pada cerita fiksi karangan mereka yang pastinya telah melakukan riset mendalam mengenai apa dan yang tidak perlu dilakukan pada scene - scene tertentu.
Apalagi jika sudah berakhir gantung, rasanya saya ingin menabrakkan ingatan saya agar segera lupa dengan cerita tersebut.
Tapi apapun jenis endingnya pasti memiliki kelebihan serta kekurangan bagi para pembacanya masing - masing, agar cerita tersebut tidak klise dan monoton.
Karena mengejutkan apalagi dikejutkan itu seru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H