Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam nya. Sayang rasanya jika sumber daya alam yang dimiliki tidak dimanfaatkan di dalam negeri dengan baik. Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar urutan kedua didunia dan menjadi negara pengekspor bahan mentah timah terbesar. Namun selama ini, Indonesia kurang  menghiraukan dan memikirkan untuk meningkatkan nilai tambah nya di dalam negeri. Bahkan Indonesia dinilai belum dapat mengembangkan industrinya dengan baik karena hasil tambangnya masih di ekspor dalam bentuk mentahan dengan nilai tambah yang sangat rendah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara kementerian ESDM yang pada saat itu dijabat oleh Ridwan Djamaluddin menjelaskan fakta bahwa jenis timah batangan hasil dalam negeri di ekspor ke keluar negeri sebesar 98%. Sedangkan yang di serap Indonesia untuk di produksi sendiri hanya sebesar 2% saja.
Berdasarkan data OEC World, kontribusi Indonesia terhadap ekspor timah dunia pada tahun 2020 mencapai 34,1% yang senilai dengan US$ 1,29 Milyar jika di rupiahkan nilainya mencapai Rp 19,22 Triliun (Kurs= Rp 14.900/US$). Dikutip dari website Bisnis.com  bahwa pada tahun ini pemerintah Indonesia akan menyetop ekspor timah setelah sebelumnya menyetop ekspor nikel. Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa kebijakan tersebut dilakukan untuk mendorong percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang memiliki nilai tambah.
Dalam setiap kebijakan tentunya akan membawa dampak yang positif dan juga dampak negatif. Berkaitan dengan kebijakan mengenai penyetopan ekspor timah di Indonesia dinilai dapat memberikan dampak yang positif bagi Indonesia. Dikutip dari laman CNBC Indonesia, bahwa Indonesia akan mendapatkan keuntungan 6 kali lipat jika ekspor timah dalam bentuk mentahan tersebut di stop. Karena jika dibandingkan, 1 ton konsentrat 78% timah pada tahun 2021 harganya mencapai US$ 12.000/ ton, sedangkan jika timah sudah berubah menjadi 1 ton timah kasar maka harganya menjadi US$ 22.000, kemudian jika timah menjadi tin soldier harga dalam 1 tin nya bisa mencapai US$ 124.000/ton. Hal ini tentu lebih menguntungkan ketika timah tersebut sudah diproduksi dan diolah terlebih dahulu di dalam negeri.
Terlepas dari dampak positif yang didapatkan, juga terdapat dampak negatif yang akan didapatkan dari penyetopan ekspor timah mentah di Indonesia, khusus nya bagi perekonomian daerah sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia contohnya adalah Bangka Belitung. Di kutip dari laman CNBC Indonesia bahwa penambangan timah berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian bangka belitung, hasil penambangan biji timah menyumbang sebesar 63,61% terhadap lapangan usaha di Bangka Belitung.
Dikutip dari bisnis.com, Menteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengutarakan pendapatnya terkait larangan ekspor timah dalam bentuk mentahan, bahwa pelarangan ekspor atas timah tersebut dinilai dapat memberikan dampak yang positif bagi Indonesia khususnya dalam hal pembangunan nasional.
"Kita sudah memperkirakan bahwa (larangan ekspor) hilirisasi terhadap timah akan berdampak positif bagi pembangunan nasional," tuturnya.
Mengenai adanya rencana kebijakan penyetopan ekspor timah mentah menurut penulis cukup baik. Karena negara kita sebagai negara dengan kekayaan alam yang melimpah tentunya mempunyai hak untuk merasakan manfaat dari hasil kekayaan alam yang dimiliki. Negara Indonesia berhak untuk meningkatkan nilai tambah dari kekayaan alam yang dihasilkan salah satunya seperti hasil tambang timah. Ketika hasil tambang timah tersebut diproduksi dan diolah didalam negeri tentunya akan banyak membawa dampak positif bagi negara selain dapat menambah nilai dan keuntungan hal tersebut juga akan meningkatkan lapangan pekerjaan dalam negeri tinggal mempersiapkan SDM dengan matang dan baik.
Namun sebelum benar-benar menerapkan kebijakan tersebut, hendaknya pemerintah perlu memperhatikan sisi positif dan juga negatifnya dari berbagai pihak yang bersangkutan dengan kebijakan tersebut agar nantinya tidak ada konflik terkait adanya kebijakan penyetopan ekspor timah mentah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H