Mohon tunggu...
Selvi Sugiarti
Selvi Sugiarti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Cek dan Ricek"

17 Januari 2016   21:15 Diperbarui: 17 Januari 2016   21:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu ketika beberapa waktu setelah berlangsung pembagian bahan pakain bagi kaum muslimin khalifah umar bin khatatab bicara dihadapan jamaah muslimin dan membuka kata dengan pernyataan, " wahai ikhwanul muslimin, dengar dan taatilah perkataanku..." saat itu salman al farisi segera berdiri dan menginterupsi umar, " tidak, aku tidak akan mendengar dan tak akan taat." Umar terkejut mendengarnya namun dengan tenang dia berkata, "ada apa wahai salman?" Salaman pun menyampaikan ganjalan dihatinya." Kami tahu bahwa setiap orang mendapat jatah satu bagian bahan pakain, tetapi aku melihat engkau punya dua, maka jelaskanlah kami hal itu, " umar lalu memanggil anaknya, abdullah, yang menjelaskan bahwa kain itu adalah bagiannya yg diberikannya pada sang ayah. Usai penjelasan itu salman oun berujar," sudah jelas bagianku persoalan ini, maka lanjutlanlah perkataanmu dan kami akan taat." 

Kisah ini sangat menakjubkan bila kita refleksikan pada kehidupan kaum muslimin saat ini. Khalifah umar yg merupakan pimpinan tertinggi jamaah muslimin bisa diinterupsi seorang rakyat tanpa merasa tersinggung, marah apalagi bertindak represif. Begitupula salman, bisa dengan pedenya melakukan cek dan ricek pada pimpinan atas kegundahan hatinya tanpa ragu, sungkan atau takut. Pada saat ini pun umum terjadi ketika tetangga, teman kerja, pejabat negara atau anggota legislatif kenalan kita suatu ketika mengalami peningkatan kondisi kehidupan, entah  dengan mobil baru, rumah baru, menyekolahkan anak keluar negeri dll, hati kita lantas bertanya-tanya, ko bisa YA ?? 

Namun dari pada bertanya langsung, sebagian umat masa kini ternyata memilih diam sambil memendam curiga, atau kasak-kusuk membicarakan berbagai dugaan-menerima suap? Korupsi? Memanfaatkan kedudukan ? Atau langsung melempar isu negatif ketengah masyarakat begitu saja. 

Sebaliknya, kalaupun ada seseorang yg berani bertanya, sang 'sorotan' cenderung merasa tersinggung, terancam, marah, atau balik menyerang si penanya dgn berbagai tudingan. Kenapa sih tanya-tanya? Memangnya nggak boleh beli mobil baru? Suuzhon amat sih? Atau balik menyindir, "bukankah kalau ada saudaramu memperoleh kebaikan, atau kebahagiaan kita seharusnya ikut senang dan mendo'akan keberkahan baginya?" Lengkaplah sudah. Satu pihak tak siap bartanya, pihak lain tak siap ditanya, dan kedua belah pihak boleh dikata bermuara pada situasi yg sama; kehilangan ketukusan dan kepercayaan. 

Berkaca pada kisah diatas, umar dikenal sebagai pemimpin yg adil dan bijaksana. Namun sebagai manusia ia tetap bisa khilaf. Dan pemimpin yg terjerumus dlm kekhilafan akan membawa umat pada kehancuran, maka salman pun melakukan cek dan ricek pada umar tanpa ragu, sekaligus menerima penjelasan umar tanpa ragu pula, ia pun kembali taat pada umar tentu sulit menguatkan perilaku ini kecuali dimodali ketulusan dan kepercayaan. 

Umar pun menerima interupsi dan tuntutan penjelasan salman dengan tenang karena yakni akan kelurusan dan kebersihan dirinya, umar tahu bahwa kegundahan memang memunculkan pertanyaan dan pertanyaan hanya butuh satu hal; jawaban atau penjelasan  persoalan selesai dan umar menerima haknya kembali untuk membayangkan perilaku ini bisa muncul tanpa dimodali ketulusan dan rasa saling percaya. 

Maka bila suatu ketika kita merasa begitu sulit untuk menyampaikan pertanyaan hati pada kenalan dan hanya bisa memendam rasa, atau menebar kasak-kusuk atas segala gundah gulana, ataupun manakala kita merasa begitu terancamnya dengan segala pertanyaan kritik atau cek dan ricek seseorang atas diri kita, mungkin inilah saatnya kita mencoba mencari kembali ketulusan dan rasa saling percaya didalam hati kita. Jangan-jangan dia susah tak lagi bersemayam didalam sana. NAUDZUBILLAHIMINDZALIK. Semoga Allah melindungi kita semua. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun