Mohon tunggu...
Selvinda Ayu Mulyanto
Selvinda Ayu Mulyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Menyukai traveling, hobi nonton film dan memiliki mbti isfj

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Trauma Healing Untuk Menyembuhkan Luka dan Memberi Dukungan Kepada Korban Gempa di Kertasari

7 Oktober 2024   20:24 Diperbarui: 8 Oktober 2024   00:16 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempa bumi adalah fenomena alam yang dahsyat, mampu mengguncang permukaan bumi dengan kekuatan yang luar biasa. Getaran yang ditimbulkan oleh pelepasan energi ini merambat melalui batu dan tanah, menyebabkan tanah bergetar, bangunan bergoyang, dan bahkan retakan muncul di permukaan bumi. Kekuatan gempa bumi diukur dengan skala Richter, yang merupakan skala logaritmik. Setiap kenaikan satu angka pada skala Richter menunjukkan peningkatan sepuluh kali lipat dalam kekuatan gempa. Gempa bumi dengan magnitudo 2 atau 3 mungkin hanya terasa oleh beberapa orang, sementara gempa bumi dengan magnitudo 7 atau lebih dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar.

Gempa bumi tidak hanya menyebabkan getaran tanah, tetapi juga dapat memicu bencana alam lainnya. Patahan atau retakan yang terjadi di dalam tanah akibat gempa bumi dapat menyebabkan longsor, terutama di daerah lereng yang rawan. Getaran gempa bumi juga dapat memicu tsunami, gelombang laut raksasa yang dibentuk oleh pergeseran dasar laut. Selain itu, gempa bumi juga dapat menyebabkan kerusakan bangunan, infrastruktur, dan bahkan memicu kebakaran. Pemahaman tentang gempa bumi dan penyebabnya sangat penting untuk mitigasi bencana. Dengan mempelajari pola pergerakan lempeng tektonik, para ahli dapat memprediksi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Selain itu, pembangunan infrastruktur yang tahan gempa dan edukasi masyarakat tentang cara menghadapi gempa bumi juga sangat penting untuk mengurangi dampak kerusakan dan korban jiwa.

Pada Rabu, 18 September 2024, meninggalkan jejak kerusakan dan trauma mendalam bagi masyarakat setempat. Gempa dengan magnitudo 4,9 ini terasa selama kurang lebih 4 detik, namun cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan signifikan di wilayah tersebut. Pusat gempa berada di wilayah Kecamatan Kertasari, yang menjadi lokasi terparah terdampak gempa. Warga di lokasi merasakan guncangan yang kuat, menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah mereka. Beberapa rumah mengalami kerusakan ringan, seperti retak pada dinding dan atap, sementara yang lain mengalami kerusakan parah, bahkan hingga ambruk.

Salah satu bangunan yang mengalami kerusakan parah adalah Puskesmas di wilayah Kertasari. Bangunan yang menjadi pusat layanan kesehatan bagi masyarakat tersebut mengalami kerusakan cukup serius, sehingga tidak dapat beroperasi dengan normal. Mereka merasa takut untuk kembali ke rumah mereka yang sudah rusak, dan memilih untuk berlindung di tempat yang lebih aman. Kondisi terkini menunjukkan bahwa Kertasari merupakan wilayah yang paling terdampak gempa di Bandung. Kerusakan material dan trauma psikologis yang dialami warga menjadi tantangan besar yang harus diatasi. Pemerintah dan berbagai pihak terkait tengah berupaya untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban gempa, baik dalam bentuk bantuan logistik, medis, maupun psikologis.

Gempa bumi yang baru saja terjadi telah meninggalkan bekas yang mendalam bagi para korban. Bukan hanya kerusakan fisik yang mereka alami, tetapi juga trauma psikologis yang tak kalah beratnya. Rasa cemas dan ketakutan terus menghantui mereka, terutama karena ancaman gempa susulan yang tak kunjung reda. Bayangan gempa terus berputar di pikiran, membuat mereka sulit untuk tenang dan fokus. Bahkan di malam hari, saat seharusnya mereka bisa beristirahat, mereka terbangun karena mimpi buruk atau rasa takut yang tiba-tiba muncul. Namun, secercah harapan muncul ketika mereka mendapatkan terapi tapping dan konseling individu. Terapi tapping membantu mereka untuk meredakan ketegangan otot dan rasa nyeri yang mereka alami.

Konseling individu memberikan mereka ruang untuk melampiaskan perasaan mereka, berbagi cerita, dan mendapatkan dukungan serta bimbingan dari konselor. Meskipun terapi telah membantu mereka untuk merasa lebih tenang, rasa takut akan gempa susulan masih menghantui mereka. Mereka menyadari bahwa ancaman gempa masih ada, dan mereka tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa takut tersebut. Namun, mereka merasa lebih siap untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gempa susulan. Mereka telah belajar teknik relaksasi dan strategi coping untuk membantu mereka mengendalikan emosi dan pikiran negatif.

Kedatangan mahasiswa BKI juga membawa angin segar bagi para korban gempa. Mereka merasa senang karena akhirnya mendapatkan layanan konseling individu. Sebelumnya, mereka hanya terbiasa mendapatkan layanan konseling bersama-sama, yang membuat mereka merasa tidak nyaman untuk berbagi cerita secara terbuka. 

Kehadiran mahasiswa BKI memberikan mereka kesempatan untuk berbicara dengan seseorang secara pribadi, dan merasa didengarkan dengan penuh perhatian. Melalui terapi tapping, konseling individu, dan dukungan dari mahasiswa BKI, para korban gempa mulai menemukan kekuatan untuk bangkit kembali. Mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi trauma ini,dan mereka memiliki harapan untuk membangun kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun