Mohon tunggu...
Selvina
Selvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

i am just a happy human who like reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jual Agama di Indonesia: Privatisasi dan Sarana Formalitas

10 Desember 2024   13:23 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:54 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agama sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia saat ini, karena manusia tidak bisa hanya menjadi manusia saja. Dari agamalah terbentuk sebuah identitas dan cerminan hidup manusia itu sendiri. Manusia pada dasarnya membutuhkan agama sebagai identitas untuk bisa menuntun diri mereka dari apa yang benar dan salah dalam logika common sense. Namun, di zaman modern ini agama menjadi suatu hal yang di "privatisasi". Artinya, agama tidak menjadi bahan publik dan disimpan untuk diri masing-masing. Dalam menjalankan peribadatan dan acara keagamaan, semuanya dilakukan dengan privat. 

Belakangan ini, agama menjadi hal yang prestisius yang harus di perlihatkan kepada seluruh dunia bagaimana seseorang menjalankan kehidupan beragamanya, untuk apa? tentu untuk flexing dan Pamer. Banyak orang saat menjalankan ibadahnya, diumbar ke publik demi mendapatkan cap "orang yang religius". Sungguh miris memang, apa yang seharusnya di private namun sekarang diumbar, tapi dalam diri penulis muncul pro kontra hal ini. Satu hal memang tidak setuju, namun di sisi lain flexing agama di media sosial juga bisa menjadi sarana motivasi bagi orang lain untuk beribadah dan mengikuti kegiatan beragama terlepas tujuannya hanya untuk pamer bukan ibadah khusyuk. 

Indonesia yang pada dasarnya memiliki keberagaman beragama dengan jumlah 6 agama berbeda yang resmi diakui negara dan agam-agama adat yang lainnya tersebar diseluruh indonesia. Kali ini kita akan membahas sebenarnya apa sih yang dimaksudkan dengan berjualan agama? dengan adanya konten-konten yang memamerkan ekspresi keagamaannya, maka semakin banyak orang yang haus akan koten beragama. Hal inilah yang memunculkan orang-orang yang terkenal dengan kereligiusannya dan seakan-akan menjual konten keagamaan dakwah, sehingga agama menjadi sebuah doktrin yang candu bagi umat yang mengikutinya. 

Agama memang pada dasarnya berisi tentang ajaran dan doktrin yang tidak bisa dibantah, aturan yang terdapat dalam ajaran agama biasanya memang tidak terbantahkan. Dari sinilah bermunculan pemuka agama yang menurut penulis sama dengan berjualan agamanya, datang dan berdakwah atas nama hamba Tuhan namun sebenarnya merupakan Hamba uang. Banyak dari orang-orang keagamaan ini memiliki patokan harga untuk memberikan dakwah pada umat nya, padahal seharusnya itu sebuah pelayanan dengan bayaran se-ikhlasnya. Sungguh miris memang, namun itulah kenyataan yang ada pada zaman modern sekarang. 

Hal yang seharusnya menjadi sarana privat seperti yang diinginkan oleh modernitas, malah menjadi sarana pamer di depan publik untuk mendapatkan cap religius karena sering mengikuti acara keagamaan. Namun, lebih mirisnya banyak juga yang memnafaatkan acara keagamaan yang religius ini menjadi sarana mengeruk uang sebanyak-banyaknya dari jemaat dengan memungit biaya yang banyak seperti tidak seharusnya. Seharusnya kita sebagai manusia modern menganggap bahwa agama merupakan sarana suci untuk bisa menemukan jati diri yang seharusnya sebagai entitas yang hidup tidak dapat menjadi diri sendiri. Sebuah kenyataan yang seharusnya menjadi pemahaman umum bahwa keagamaan yang dimiliki seseorang tidak hanya bisa diukur dengan apa yang dipamerkannya di media sosial dan depan publik. Hal yang seharusnya menjadi private tetaplah menjadi private, namun tentu penulis juga tidak mempermsalhakan publisitas kereligiusan seseorang, namun akan ada beberapa oknum yang mencoba mengambil keutungan akan hal tersebut. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun