Mohon tunggu...
Selvina
Selvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

i am just a happy human who like reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Doom Spending: Spontanitas yang Memiskinkan

7 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.suara.com/lifestyle

Istilah Doom Spending mungkin masih terdengar sangat awam untuk beberapa kalangan, namun untuk anak muda atau biasa disebut gen-z istilah ini sedang naik daun. Secara garis besar arti dari doom spending itu sendiri adalah menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang lumayan mahal dengan kedok self reward. Intinya. menghamburkan uang dengan belanja barang dan jalan-jalan lebih menjadi prioritas daripada menabung untuk masa depan. Kenapa para muda mudi ini berpikir demikian tentang kemampuan finansial nya? karena mereka berpikir belanja membuat mereka bahagia karena kesehatan mentalnya lebih penting. 

Sungguhnya penulis juga merupakan salah satu generasi milenial, namun menurut penulis ini merupakan tindakan semu tentang materialistik namun di sembunyikan dengan kedok self reward. Banyak sekali muda mudi diluar sana yang terus berbelanja barang-barang yang mungkin tidak memiliki nilai lebih dan kegunaan, hingga akhirnya uang atau pendapatannya habis untuk hal-hal yang bukan termasuk prioritas. Oke, penulis akui memang mencari uang untuk membuat kita bahagia, namun perlu diketahui investasi untuk masa yang akan datang juga termasuk prioritas. Penulis tidak berkata bahwa berbelanja untuk diri sendiri merupakan hal yang tidak perlu, tapi sepatutnya dibatasi agar tidak berlebihan. 

membahagiaan keinginan sendiri untuk membeli sesuatu memang baik, namun perlu diperhatikan kembali efeknya dimasa yang akan datang akan seperti apa. Perlu nya self behave untuk tidak menghamburkan uang dan paham apa itu skala prioritas menjadi hal yang harus prioritas. Barang mewah yang dibeli dijadikan kedok sebagai penyembuhan mental health dan sebagai stress relief bagi beberapa orang. perasaan seperti menabung untuk membeli uang dimasa yang akan datang menjadi skeptikal karena perasaan tidak akan pernah mampu untuk membeli rumah, lebih baik membeli barang-barang yang masih bisa dibeli dan dijangkau dengan uang yang sekarang. Begitulah banyak anak muda sekarang berpikir, seperti halnya membeli lanyard coach atau bahkan tumblr-tumblr mahal jutaan rupiah corcicle dan stanley dimana itu semua hanya termasuk dalam hedonisme. 

lalu bagaimana mengatasi kebiasaan ini? menurut penulis kita harus memiliki hubungan yang baik dengan uang, karena banyak orang merasa jika ada uang ditabungan berarti bisa membeli apapun tanpa berpikir banyak. Rasanya selalu ada yang kurang apabila tidak membelanjakan uang yang ada didalam tabungan. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan merasa aman akan keberadaan uang bukan berarti bisa menghaburkannya, itu merupakan kebiasaan buruk. jika dengan memiliki uang kamu bisa menutuskan sesuatu dengan baik, maka kamu ada dalam jangka aman. 

Faktor besar mengapa seseorang melakukan doom spending adalah kemudahan yang diberikan dalam hal berbelanja, contohnya adalah adanya kemudahan dalam pembayaran, contohnya seperti QRIS, SHOPEE PAY, OVO, DANA dan sebagainya bisa menimbulkan kebiasaan doom speding tersebut. menurut penulis, lebih baik kita menggunakan uang tunai untuk mencegah kemudahan dalam menggunakan keungan dan membatasi pengeluaran. poin seperti pergi ke toko, berjalan kaki dan mengantri membuat kita secara otomatis akan terus berpikir kritis akan pengeluaran kita sendiri.  kita harus memunculkan rasa sakit akibat pengeluaran uang untuk mengurangi kebiasaan impulsif berbelanja tersebut. 

Doom spending dapat disimpulkan sebagai pengeluaran yang dalam luar batas menjadi sia-sia, tidak memikirkan keadaan ekonomi. Banyak orang yang khawatir tidak mampu untuk bisa bersenang-senang menghabiskan uang agar bahagia, Banyak orang menghabiskan lebih banyak uang untuk menikmati hidupnya sekarang, dan itu adalah hal yang wajar jika dilakukan dengan moderat. Tetapi memang hal itu bisa dengan mudah merugikan dari sisi keuangan. Pada saat yang sama, inflasi dan bunga yang meningkat, serta pasar kerja yang sulit juga menipiskan tabungan semua orang. Di sisi lain, mereka yang menghabiskan lebih banyak uang juga tidak berarti menghabiskannya untuk sesuatu yang tidak penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun