Mohon tunggu...
Selvina
Selvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

i am just a happy human who like reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sosial Media dan Fenomena FOMO

27 September 2024   13:18 Diperbarui: 27 September 2024   13:22 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkatan FOMO adalah berasal dari bahasa inggris yaitu Fear Of Missing Out atau bisa dikatakan ketakutan akan ketertinggalan dan harus selalu update pekembangan yang terjadi saat ini. salah satu penyebab terjadinya FOMO adalah penggunaan media sosial yang berlebihan dan selalu ingin mengikuti trend yang mana hal ini juga bisa berakibat fatal bagi beberapa individu. 

FOMO ini bisa menjadi penyakit yang tidak akan bisa hilang dan bisa menjadi kebiasaan yang seharusnya dipelihara. Banyak juga orang-orang yang FOMO memaksakan dirinya untuk terus mengikuti trend dan FYP media sosial dengan cara memaksa seperti meminjam uang secara online sampai rela terlilit hutang jutaan rupiah. 

Perasaan ketertinggalan yang dialami oleh orang-orang FOMO ini muncul dari persepsi bahwa orang-orang bersenang-senang dan menjalani kehidupan yang lebih baik daripada dirinya sendiri sehingga mencoba untuk mengikuti apa yang orang lain pakai dan lakukan. Sebagai contoh FOMO secara nyata merupakan penjualan boneka LABUBU yang diperkenalkan oleh LISA BlackPink beberapa waktu yang lalu. Fenomena ini membuat boneka tersebut harganya meroket dan semua orang berburu boneka yang sama seperti LISA. 

Mungkin ini juga efek dari LISA sebagai trend setter dunia dan marketing paling ampuh, namun banyak orang-orang diseluruh dunia mencoba mendapatkan sebuah boneka dengan harga jutaan bahkan mengantri berjam-jam untuk mendapatkan boneka tersebut. mengapa penulis menyebutkan bahwa boneka LABUBU FOMO? karena dalam jangka waktu 1 atau 2 bulan trend ini akan segera berakhir, artinya trend ini tidak akan bertahan lama hanya sementara, yang mana ini merupakan ciri FOMO.

Berkembangnya teknologi saat ini menjadikan kita dapat dengan mudah menerima jutaan informasi di luar sana, contohnya melalui Instagram. Aplikasi yang sedang digemari dan memiliki banyak pengguna di seluruh dunia ini mempunyai fitur-fitur yang mendukung untuk update video/foto, seperti fitur instastory yang penuh dengan postingan rutinitas para pengguna. Dari sinilah, kita sebagai viewer, dapat memicu munculnya perasaan cemas lalu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan atau bahagia. 

Fenomena FOMO ini termasuk dalam ranah psikologi yang membutuhkan terapi dan konseling secara teratur, karena dampak dari FOMO ini bukan main-main. salah satu dampak dari FOMO merupakan kecemasan dan rendah diri jika tidak bisa mengikuti alur media sosial keninian. Stress dan ganguan tidur juga menjadi efek fatal dalam dampak FOMO, individu harus bisa membandingkan mana yang penting dan mana yang bisa menjadi penghalang dalam produktivitas perkembangan diri. Kita harus sadar bahwa ada yang lebih penting dalam part hidup kita untuk bisa terus berkembang tanpa berpacu dengan media sosial. Kurang interaksi dengan media sosial dan cobalah untuk bersikap bodo amat akan hal yang dilakukan oleh orang-orang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun