Dalam beberapa tahun terakhir, generasi milenial sering mendapatkan cap sebagai generasi yang manja, tidak tahan banting, dan terlalu bergantung pada teknologi. Kritik ini banyak datang dari generasi sebelumnya, terutama generasi x dan Baby Boomers yang merasa bahwa standar kerja dan gaya hidup milenial jauh lebih santai di banding masa lalu.
Namun, di sisi lain banyak juga yang berpendapat bahwa generasi milenial bukanlah generasi yang malas dan manja, melainkan generasi yang harus deradaptasi dengan tantangan baru yang berbeda dari generasi sebelumnya. Perubahan zaman membawa perubahan dalam cara hidup, cara bekerja dan cara berspikir yang membuat generasi  milenial harus mengembangkan strategi bertahan yang berbeda.
Jadi, apakah benar generasi milenial lebih manja di bandingkan generasi sebelumnya? atau mereka hanya mencoba bertahan dan beradaptasi dalam dunia yang semakin kompleks? Perubahan sosial dan teknologi yang cepat di bandingkan dengan generasi sebelumnya, milenial hidup dalam era dimana teknologi berkembang dengan sangat  pesat. Internet, media sosial dan kecerdasan buatan telah mengubah cara manusia bekerja, belajar dan komunikasi. Hal ini menyebabkan pergeseran budaya kerja yang signifikan. Selain itu, media sosial juga memainkan peran besar dalam membentuk cara pandang milenial, mereka tumbuh di era digital yang penuh informasi, memungkinkan mereka lebih kritis terhadap banyak hal. Termasuk pekerjaan, kehidupan, dan sistem yang ada.
Perubahan milenial terhadap karier dan kehidupan. Perbedaan mencolok lainnya adalah cara milenial memandang karier dan kehidupan.  Jika  generasi sebelumnya lebih mengutamakan stabilitas kerja, loyalitas terhadap satu perusahaan dan pandangan yang tepat, milenial lebih fleksibilitas dan kepuasan kerja.
Milenial cenderung mencari pekerjaan yang tidak hanya memberikan penghasilan tetapi juga memberikan makna dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, bahkan banyak milenial yang lebih memilih menjadi freelancer, entrepreneur, atau pekerja lepas agar bisa memiliki kendali lebih besar atas waktu dan kehidupan mereka.
Selain itu, munculnya  trend "Work-Life Balance" (keseimbangan antara kehidupan dan pekerja). Menjadi hal yang sangat penting bagi generasi milenial. Mereka tidak ingin mengorbankan kesehatan mental dan kehidupan pribadi hanya demi pekerjaan sikap ini sering kali di anggap sebagai tanda kemanjaan. Padahal hal ini lebih mencerminkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kualitas hidup.
Tantangan ekonomi yang di hadapi milenial, misalnya biaya hidup yang semakin tinggi, persaingan kerja yang ketat, kondisi global yang tidak menentu. Karna  kondisi ini banyak milenial yang memilih cara hidup yang lebih minimalis dan fleksibilitas.
Kesimpulannya Manja atau Adapti?
Jadi, Apakah benar milenial benar-benar generasi yang manja? Atau mereka hanya menyesuaikan diri dengan dunia yang terus berubah? Jika kita terus melihat dari sudut pandang yang lebih luas, milenial bukanlah generasi yang malas atau lemah, tetapi mereka adalah generasi yang harus banyak beradaptasi dengan perubahan zaman. Mereka tumbuh dalam dunia yang penuh dengan teknologi, tekanan sosial, dan ketidakpastian ekonomi. Sehingga mereka mengembangkan cara berpikir dan gaya hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya, akan  lebih baik jika kita memahami bahwa setiap generasi memiliki tantangan dan cara sendiri untuk bertahan hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI