Mohon tunggu...
Selvi Dwi Septiarini
Selvi Dwi Septiarini Mohon Tunggu... Freelancer - -

Menulis bukan hanya pekerjaan, melainkan kesempatan untuk mengasah cara berfikir dan menuangkannya ke dalam sebuah artiel yang relevan dan mudah dipahami publik. Setiap artikel adalah refleksi dedikasi saya untuk menyajikan informasi dengan cara yang informatif dan menarik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cahaya Pendidikan Indonesia: Bersinar di Kota, Meredup di Pelosok

29 Agustus 2024   22:55 Diperbarui: 29 Agustus 2024   23:06 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah derasnya arus modernisasi, pendidikan Indonesia melenggang maju, berbagai kebijakan telah dirancang sedemikian rupa untuk melahirkan generasi berintelektual tinggi, dan siap memberikan kontribusi besar di masa mendatang. Gedung-gedung megah berdiri kokoh, guru-guru terdidik disiapkan, dan kurikulum dipoles sempurna, seolah masa depan gemilang telah digenggam.

Namun, di balik gemerlap yang kita saksikan, tersembunyi kisah yang kerap luput dari perhatian. Di beberapa sudut terpencil negeri, terdapat anak bangsa yang setiap harinya harus menantang alam demi sejumput ilmu. Jalan terjal, medan berbahaya harus dilalui meski tak dilapisi kenyamanan, melainkan duri tajam yang menuntut tekad lebih untuk menggenggam secercah impian.

Berikut segelintir potret yang sering tak nampak, bahkan mampu mengungkapkan perjuangan berat yang enggan untuk kita toleh.

1. Nias Selatan, Sumatera Utara

Siswa sekolah dasar dengan penuh perjuangan menyeberangi batang pohon sebagai jembatan. (iNews.id)
Siswa sekolah dasar dengan penuh perjuangan menyeberangi batang pohon sebagai jembatan. (iNews.id)

Pada tahun 2023 silam, sebuah video menghebohkan jagat maya dengan menampilkan kondisi infrastruktur pendidikan di Nias Selatan. Video ini menampilkan siswa sekolah dasar setempat dengan penuh tekad menyebrangi sungai menggunakan hanya bongkah kayu sebagai jembatan. Potret ini bukan sekadar refleksi dari tantangan sehari-hari yang mereka hadapi, tetapi juga sebuah cermin dari keterbatasan infrastruktur yang ada di daerah tersebut.

Dilansir dari DetikSumut, proposal pembangunan jembatan pada wilayah tersebut telah diajukan sebelumnya, namun terdapat kendala dalam kelengkapan administrasi yang belum terpenuhi. Hal ini berdampak langsung pada anak-anak yang bersemangat mengejar pendidikan.

Sebenarnya terdapat jalur alternatif lain, namun durasi perjalanannya yang jauh lebih lama membuat mereka terpaksa menyeberangi sungai dengan hanya mengandalkan kayu sebagai jembatan.

2. Papua Pegunungan

Siswa di Papua dengan gigih berangkat sekolah dengan menghentikan mobil yang lewat demi meringankan perjalanan. (iNews Papua)
Siswa di Papua dengan gigih berangkat sekolah dengan menghentikan mobil yang lewat demi meringankan perjalanan. (iNews Papua)

Di Lembah Baliem, Jayawijaya, anak-anak Papua berjuang dengan menempuh perjalanan hingga 1,5 jam menuju sekolah. Mereka harus melewati perbukitan curam dan berangkat lebih pagi demi menghindari keterlambatan, sembari melawan angin pagi yang menusuk.

Dilansir dari Tribun, sebuah video memperlihatkan anak-anak sekolah dasar yang terpaksa menghadang mobil yang melintas demi mendapat tumpangan. Namun, jika tak ada kendaraan yang lewat, mereka harus berjalan kaki melintasi medan berat. Potret ini mengingatkan kita bahwa di balik kekayaan permata Timur Indonesia, ada generasi yang sedang berjuang tiada henti demi mendapatkan hak pendidikan yang layak.

 3. Sukabumi, Jawa Barat

Perjuangan seorang guru yang mempertaruhkan nyawa saat menyeberangi sungai demi mencerdaskan anak bangsa. (Detik.com)
Perjuangan seorang guru yang mempertaruhkan nyawa saat menyeberangi sungai demi mencerdaskan anak bangsa. (Detik.com)

Potret perjuangan yang tak biasa kali ini datang dari Pulau Jawa, tepatnya di Sukabumi. Kali ini bukan tentang langkah kecil siswa menuju gerbang ilmu, melainkan perjuangan pengajar yang harus menantang takdir demi menjalankan tugas mulia.Dengan semangat yang tak padam, para guru bahu-membahu menguras air yang terus merembes masuk, berjuang agar perahu tak tenggelam sebelum mereka tiba di sekolah. Perahu yang sudah usang itu, menjadi satu-satunya jalan yang menghubungkan mereka dengan tanggung jawab besar untuk mencerdaskan anak bangsa.

Sungai yang dilalui merupakan satu-satunya akses menuju SMPN 4 Cibitung Satu Atap dan SDN Ciloma, menjadi saksi bisu perjalanan 45 menit penuh ketidakpastian, dimana pengabdian para guru terombang-ambing di antara keteguhan hati dan ketidaklayakan fasilitas.

Potret perjuangan siswa dan guru dari pelosok Nusantara menggambarkan bagaimana ketimpangan yang masih menyelimuti fasilitas pendidikan di negeri ini . Di balik gemerlap kota, ada cahaya yang padam di pelosok, menunggu untuk menyala. Mereka bukan sekadar angka terpinggirkan, melainkan jiwa-jiwa muda yang berjuang di tengah kemajuan peradaban.

Mereka adalah suara yang mendesak, mengingatkan kita bahwa kemajuan bangsa seharusnya mampu menyentuh setiap jengkal tanah, hingga ke pelosok yang paling terpencil. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun