Mohon tunggu...
Selvi Diana Meilinda
Selvi Diana Meilinda Mohon Tunggu... Administrasi - Policy Analist

Suka dengan urusan kebijakan publik, politik, sosbud, dan dapur. Berkicau di @Malikahilmi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sunday Morning di UGM

18 September 2011   05:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:52 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_131946" align="aligncenter" width="600" caption="sanmor ugm, padat merayap"][/caption]

Jalan pagi kali ini (18/9) dari jalan kaliurang berputar sampai selokan mataram, saya menyempatkan mampir ke Sunday Morning-nya UGM atau biasa kami sebut sanmor. Sekitar jam 7 pagi saya mulai keliling di sini, liat ini itu. Maklum, sekembalinya dari Lampung sudah disambut dengan macam-macam tugas kuliah, jadi lumayanlah buat refreshing mata, daripada musti ke malioboro. Hehe…

Saya yakin, sudah banyak teman-teman yang tahu, Sanmor itu ya sejenis pasar dadakan dalam lingkungan kampus UGM dari pagi sampai jam 13.00, para pedagang menjajakan dagangannya dari utara sampai selatan sepanjang fakultas pertanian, hukum, filsafat, bundaran ugm, sampai masjid kampus. Yang dijual pun macam-macam, dari boneka, alat-alat dapur, kacamata, jam tangan, baju, dalaman, buku, sampai kulinerpun ada.

[caption id="attachment_131947" align="alignleft" width="300" caption="Kacamata plus minus, gaya, sampai yang terapi pun dijual di sanmor"][/caption]

Tentu saja pedagang-pedagang yang berjualan di sana tidak gratis, mereka harus membayar lapaknya. Menurut seorang Ibu penjual kacamata, lapaknya yang hanya 3 meter itu ia bayar tahunan sebesar 240ribu. Sementara menurut seorang penjual ikan hias yang bukan pedagang tetap di sana, ia membayar lapaknya tiap kali berjualan sebesar 4ribu, kalau ambil bulanan, 3 bulan 60ribu dibayarkan pada petugas UGM.

Ohya, jangan salah, harga-harga barang yang ditawarkan adalah harga mahasiswa lho, harga baju kurung saja mulai dari 65ribu. Coba kalau di toko atau mall, baju dengan kualitas sama dibandrol paling rendah 99ribuan.

Menurut seorang senior di Fisipol, dulunya sanmor ini konsepnya bukan pasar dadakan seperti sekarang. Dulu setiap hari minggu mahasiswa-mahasiswa tumpah ruah dengan kegiatan UKMnya masing-masing, yang hobi seni dan sastra, mengadakan pertunjukan menyanyi, membaca puisi dan lainnya untuk civitas akademika dan umum.

[caption id="attachment_131949" align="aligncenter" width="600" caption="pengamen "][/caption]

Dimana ada pertunjukan dan keramaian pedagang pasti ada yang menjajakan kaos-kaos, minuman, pernak pernik khas jogja. Hingga lama kelamaan jumlah pedagang bertambah banyak, malahan, mahasiswa-mahasiswa yang menyanyi ‘ngamen’ ke lapak-lapak kuliner. ya mreka sih seneng-seneng aja, lumayan untuk menambah kas organisasinya. mahasiswa dan umum juga seneng ada tempat belanja yang dekat kos-kosan, jadilah sekarang seperti pasar senggol. Wuiih… padat, mau jalan liat-liat lapak aja aja antri!

Parahnya, sudah tau ramai orang mau jalan melihat-lihat, masih aja ada yang santai berpacaran ngobrol sambil berjalan pegangan tangan, seolah jalanan dan dunia ini milik berdua. Huff… mengesalkan!

Menghindari antrian jalan, Saya pun mampir membeli ikan cupang halfmoon butterfly berwarna ungu ukuran besar, dilepas pedagangnya seharga 9ribu dengan harga awal 15ribu seekor. Hehe… menambah penghuni baru akuarium penjaga kamar kos ku.

Setelah puas berkeliling, pukul 9 pagi saya pulang. Sepanjang jalan depan fakultas kedokteran hewan sampai hampir UNY parkir motor berjejer rapi. Hmm.. ramainya penikmat sunmor ugm ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun