Mohon tunggu...
Selvi Diana Meilinda
Selvi Diana Meilinda Mohon Tunggu... Administrasi - Policy Analist

Suka dengan urusan kebijakan publik, politik, sosbud, dan dapur. Berkicau di @Malikahilmi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biarkan Peneliti Diteliti

13 Juni 2012   08:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13395743591176224446

Identitas seorang peneliti di lapangan menjadi pisau bermata dua. Ia bisa menjadi penghambat dalam memperoleh data atau bisa juga membuka akses. Terutama dalam penelitian kualitatif fenomenologi.

Memasuki desa penelitian awalnya bagi saya tidaklah sulit, saya cukup mengatakan bahwa saya mahasiswa yang sedang melancong sekaligus belajar mengenai infrastruktur perdesaan. Orang desa mau menerima, bahkan menyiapkan kamar untuk saya tempati, memberi saya makan gratis dan bersedia saya ikuti semua aktivitasnya. Orang-orang desa cukup terbuka.

Saya sengaja tidak memberitahu maksud karena data yang saya cari cukup sensitif, jika saja saya datang dengan membawa surat penelitian resmi, saya harus mengurusnya ke kesbangpol propinsi, lalu ke dinas yang saya tuju, ke kesbangpol kabupaten dan juga dinas yang di Kabupaten, belum lagi semua tembusan-tembusan itu nanti saya serahkan juga ke kepala desa. Ribet dan berjenjang sekali, belum lagi implikasinya, karena misinya menyangkut kinerja mereka, tentu saja dari propinsi akan berkoordinasi dengan kabupaten dan kepala desa, kepala desa pun nanti akan mengondisikan warganya. Ah, kalau sudah begini, data alamiah apa lagi yang akan didapat? Yang ada nanti tercipta sekat dan kekakuan antara penelitian dan objek penelitian.

Untuk bisa diterima orang desa dengan baik, kita memang harus pandai-pandai berbaur, mengikuti keseharian, ikuti tradisinya, tema-tema obrolan, dan yang lebih penting, pakaian kita jangan jauh berbeda dengan mereka. Lupakan dulu aksesoris dan pakaian-pakaian yang memperhatikan mode serta padu padan warna yang match, tampillah apa adanya dengan warna-warna baju yang senada dengan warna alam agar tidak terlihat mencolok sehingga kita sendirilah yang menciptakan sekat.

Ketika kita sudah diterima masyarakat desa, kita juga harus bisa menerima mereka. Artinya, penting bagi peneliti untuk membiarkan dirinya diteliti, walaupun terdapat perbedaan kepentingan. Misalnya, saat ngobrol dengan orang desa janganlah melulu kita yang bertanya, biarkan kita membuka ruang untuk mereka menelisik kehidupan pribadi kita, pendapat kita tentang tradisi, harapan, atau reaksi kita pada obrolan yang tengah menghangat.

Biarkan kita sama-sama hanyut dalam topik obrolan apa saja untuk menciptakan kenyamanan, jika sudah begitu, jangan lupa giring lawan ngobrol kita pada informasi yang hendak kita cari. Tentang pembangunan infrastruktur desa misalnya, nah, saya yakin dinamika, konflik dan kisah dalam proses pembangunan waktu itu akan diceritakan sebagaimana mereka bercerita pada istri atau suami mereka menjelang tidur (pillow talk).

Obrolan mengalir seperti itu menjadi data primer yang kita cari, tanpa tendensi apalagi pencitraan sehingga hasil penelitian benar-benar alami dan alamiah. Namun, tak selamanya ini bisa dipertahankan, walaupun pakaian kita sudah selayaknya masyarakat desa pada umumnya, namun, instrument penelitian kita seperti kamera, perekam, dan lainnya terkadang tanpa sengaja terlihat oleh orang desa. Jadi, sebaiknya pergunakan instrument ini pada momen-momen tertentu. Memotretlah pada saat yang tepat, tak ada salahnya meminta izin dengan sedikit alasan untuk kenang-kenangan walaupun hasilnya ternyata mereka masih malu-malu.

[caption id="attachment_187769" align="alignleft" width="300" caption="malu pada kamera. hehe"][/caption]

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun