Mohon tunggu...
Selviana Pertiwi
Selviana Pertiwi Mohon Tunggu... -

Badai pasti berlalu

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menebak Masa Depan Sepakbola Indonesia

8 Juni 2015   17:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:10 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sepakbola Indonesia resmi terasing dari pergaulan internasional. Vonis sanksi Fédération Internationale de Football Association (FIFA) yang jatuh 30 Mei lalu, jadi titik kulminasi perjalanan sepakbola Indonesia selama 85 tahun. Marah, sedih, kecewa, bercampur aduk di dalam sanubari masyarakat Indonesia, khususnya penggemar sepakbola.

Bagaimana tidak, sepakbola yang selama ini menjadi hiburan utama dan murah masyarakat kebanyakan, kini harus hilang dari Bumi Nusantara.

Lengang, itu pasti. Keriuhan yang selama ini terjadi di sore dan malam hari, baik dari rumah masing-masing, maupun kedai kopi, kafe, bahkan tempat parkir yang disulap menjadi tempat nonton bareng (nobar), kini tidak  terdengar lagi. 

Lebih parah lagi, para pencari rezeki dari pertandingan-pertandingan Indonesia Super League (ISL) maupun divisi utama, kini harus menanggung kerugian karena dagangan jersey (kostum) tim-tim ISL tidak bisa mereka jajakan. Alhasil mereka pun kehilangan pemasukan. Belum lagi pedagang makanan yang biasanya selalu ludes setiap penyelenggaraan ISL, kini harus berburu lahan baru untuk mengais rezeki. Bagi mereka sekarang ini adalah jaman susah...

Kehidupan miris juga kini dialami para pemain dan pelaku sepakbola di Indonesia. Ratusan pemain, pelatih, tukang pijat, dan pembantu umum, harus kehilangan pekerjaan dan kehilangan pendapatan. Pemain saja dari total 18 klub ISL dan 54 Divisi Utama bila masing-masing klub memiliki 25 pemain, maka ada 1800 orang yang kini harus berstatus pengangguran. Praktis mereka pun harus memutar otak untuk mencari penghasilan baru. Mereka bermain tarikan kampung (Tarkam) menjadi salah satu alternatif untuk sekadar membuat dapur tetap ngebul. 

Ini harus menjadi bahan renungan, terutama buat pemerintah yang dengan arogansinya telah menjadikan sepakbola Indonesia mati suri. Yang pasti, sanksi FIFA terhadap PSSI, menjadi prestasi terbaru pemerintahan Jokowi melalui pembantu setianya, si Imam Nahrawi, Menpora.

 

Imam Nahrawi dengan para punawakannya memang tengah bungah karena upaya mereka membunuh PSSI telah berhasil dengan gilang gemilang. Bahkan kini Menpora dengan tangan-tangan liciknya telah meminta Sekretariat Negara (Sekneg) untuk mengusir PSSI dari Senayan.

Tentu hebat prestasi Menpora Imam Nahrawi....meski belum setahun duduk di kursi nyamannya. Dan ini juga menjadi kebanggaan kabinet Kerja. Bagi Nahrawi, mematikan sepakbola dan kompetisi dari Bumi Indonesia ini adalah prestasi, disamping prestasi-prestasi kabinet KERJA seperti prestasi menteri keuangan dan gubernur BI yang tidak bisa mengontrol nilai tukar rupiah terhadap dolar yang semakin terjun bebas. Menteri ESDM yang mencla-mencle menaikkan harga BBM, belum lagi masalah beras plastik ....

Lalu bagaimana masa depan sepakbola Indonesia? Aukh Ahhh Gelap!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun