Mohon tunggu...
Selviana
Selviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

INOVASI ASSESSMENT: TEORI TES KLASIK DAN MODERN

19 Maret 2023   19:05 Diperbarui: 19 Maret 2023   20:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada vidio https://youtu.be/YRVvhiZr_ys tentang teori respons butir ini adalah video satu dari sekian video yang nanti akan membahas tentang teori respons butir atau yang biasa disebut dengan item response theory. Teori respons butir adalah upaya untuk memajukan subjek dan butir menjadi satu informasi dalam satu skala. Tingkat kesulitan butir dipengaruhi oleh subjek atau akan bertambah kesulitannya jika diberikan kepada orang-orang yang kemampuannya rendah dan soal akan menjadi lebih mudah ketika diberikan pada orang-orang yang kemampuannya tinggi.

The response theory itu memiliki beberapa model, model yang pertama adalah model linier dalam model yang paling terkenal karena memiliki kesederhanaan yang cukup tinggi dibanding dengan model-model yang lain. Model-model teori respons butir persamaan yang digunakan oleh irt terdiri dari dua komponen yaitu sumbu x yaitu orang yang merupakan Tingkat kemampuan yang bergerak dari rendah ke tinggi.

Alur dari pengembangan alat ukur dari kontrak hingga jawaban kemudian hingga kembali ke kontrak lagi. Berikut ini adalah penjelasan prosesnya dari kontrak menjadi tes adalah bagian dari diskusi mengenai operasionalisasi kontrak Kemudian dari tes untuk menjawab untuk mendapatkan responnya kita belajar tentang konstruksi alat ukur.

Mengenal dasar-dasar teori skor murni klasik atau klasikal tes teori sekarang kita beralih pada asumsi-asumsi yang melandasi persamaan di dalam teori skor murni klasik kita tahu pada teori skor model klasik persamaan berikut ini menjadi dasar pengembangan alat ukur alat ukur yang menggunakan teori ini yaitu di dalam skor tampak terdapat skor murni dan error pengukuran skor tanpa adalah skor yang dihasilkan dari penjumlahan skor murni dan error skor tampak dapat diketahui secara pasti karena dilaporkan oleh administrasi pengukuran namun skor murni dan error bersifat laten sehingga kita harus mengestimasi nya permasalahan terjadi karena di dalam persamaan ini hanya satu informasi yang diketahui sedangkan dua informasi lainnya tidak diketahui bagaimana adegan bersamaan ini kita membutuhkan suatu asumsi untuk menyelesaikannya. Teori skor murni klasik asumsi yang pertama adalah skor tampak adalah nilai harapan atau expected value yang didapatkan dari pengukuran dalam hal ini rata scorecard adalah aproksimasi terhadap skor murni nilai harapan tersebut biasanya didapatkan dari rerata skor tampak. Pada asumsi yang kedua rata dari error pengukuran yang saya dapatkan adalah nol error adalah sesuatu yang membuat skor tampak menjadi biasa sehingga menjauhi skor murni daerah pengukuran dapat membuat skor tampak menjadi melebihi score murni atau lebih rendah sehingga kurang dari skor murni namun jika dirata-ratakan maka rata error yang kita lakukan adalah nol. Pada asumsi yang ketiga tidak ada hubungan antara error dan skor murni bersih ini menyatakan bahwa error pengukuran menimpa pada individu secara acak tidak pandang bulu orang yang kemampuannya tinggi atau rendah bisa mendapatkan error yang tinggi bisa juga mendapatkan error yang rendah baik ukurannya kecil maupun besar baik arahnya positif mau untuk negatif jika diwujudkan dalam bentuk gambar. Asumsi yang keempat menunjukkan bahwa besarnya error pada pengukuran yang pertama tidak berhubungan dengan error pada pengukuran yang lainnya artinya menimpa pada individu pada pengukuran pertama dan kedua tidak berkorelasi bisa jadi pengukuran pertama mendapatkan error yang besar namun pada pengukuran yang selanjutnya bisa jadi errornya kecil sehingga jika digambarkan melalui tabel akan didapatkan bahwa error pada pengukuran yang pertama error dapat menguburkan dua tidak ada korelasinya atau nol. Asumsi kelima menunjukkan bahwa hubungan antara error dengan skor murni pada pengukuran yang berbeda sama dengan nol artinya error pengukuran pada terakhir yang pertama tidak memiliki kaitan dengan kemampuan individu pada pengukuran yang kedua jika digambarkan maka akan seperti ini error yang didapatkan individu-individu ini pada pengukuran yang pertama tidak ada kaitannya dengan kemampuan individu-individu ini pada pengukuran yang kedua sehingga korelasinya adalah nol. Mungkin kita bertanya kenapa kok error tidak berkorelasi dengan apapun? Hal ini dikarenakan semua yang bersifat acak tidak memiliki kaitan dengan apapun di dalam error pengukuran ada unsur ke ajakannya edisi selain distribusi error akan mendekati kurva normal dengan rata-rata nol hal ini juga merupakan prinsip salah satu sesuatu yang acak ketika sesuatu yang ngajak terjadi maka besarnya dan kecilnya itu terjadi secara fluktuatif namun ketika dirata-ratakan itu akan mendekati sebuah titik yang harganya mendekati nol.

Perbedaan antara teori tes klasik dengan item response theory atau teori tes modern dalam hal ini mewakili prinsip yang pertama jika prinsip lama menyatakan bahwa kesalahan standar pengukuran berlaku untuk semua skor dalam populasi tertentu maka prinsip yang baru menggelapkan bahwa kesalahan setengah pengukuran berbeda di semua score tetapi dapat digeneralisasikan pada seluruh populasi di sini ada perbedaan jika error standar ini untuk semua yang ini sangat berbeda. Dengan menggunakan teori klasik menghasilkan satu standar error of measurement, jika diketahui dari berbagai macam standar error ini dapat diketahui bahwa masing-masing level buat memiliki error standar sendiri-sendiri pertanyaannya adalah Apakah standar error of measurement itu stereo fisher men? Menunjukkan seberapa jauh skor itu memiliki presisi semakin tinggi airnya presisinya rendah semakin rendah presisinya tinggi. Dengan menggunakan teori tes modern kita bisa menyesuaikan tes itu pada orang tertentu agar mendapat ini presisi yang tinggi. Selanjutnya perbedaan yang kedua prinsip lama mengatakan bahwa tes yang panjang akan menghasilkan skor yang reliable dipakai dengan tes yang pendek namun pada prinsip yang baru tes yang pendek bisa saja menghasilkan skor yang reliabel atau sport dengan presisi yang tinggi dibanding dengan tes yang panjang jadi panjang-pendeknya tes pada fans baru tidak berbeda dalam menghasilkan presisi skor. 

Mengenai perbedaan antara teori tes klasik dan mewakili prinsip lama dan teori respons butir atau teoritas modern yang mewakili prinsip baru dalam pengukuran kita sudah sampai pada perbedaan yang kelima perbedaan kelima membahas tentang bahwa makna terhadap skor kemampuan individu melalui prinsip lama didapatkan dari perbandingan dengan orang-orang di dalam norma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun