Mojokerto – Rabu (5/7/2023). Kelompok KKN R-35 dari Universitas 17 Agustus 1945 telah melaksanakan penyuluhan pengaplikasian pupuk kompos dari sampah rumah tangga, kohe (kotoran hewan), dan limbah singkong dari usaha warga Desa Sumberjati, Kec Jatirejo, Kab Mojokerto. Penyuluhan ini dihadiri oleh warga desa dan petani setempat. Selama sesi penyuluhan para audiens aktif memperhatikan, bertanya, dan memberikan tanggapan untuk program kerja yang dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya Selvia Devi Margaretha, mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya di bawah bimbingan bapak Ir. Agus Darwanto M.M selaku dosen pembimbing lapangan. Setelah mendengarkan informasi dari warga Desa Sumberjati bahwa sisa makanan, kulit singkong, dan kotoran hewan ternak mereka dibuang secara cuma-cuma, Selvia memberikan pandangan terkait pemanfaatan dan pengaplikasian pupuk kompos organik.
Pembuatan pupuk kompos dari limbah-limbah organik membutuhkan beberapa alat dan bahan, yaitu tong penampung, EM4, air, tanah, molase, sekam. Molase digunakan untuk nutrisi tambahan dan EM4 sebagai pengurai (fermentasi) bahan-bahan organik menjadi kompos. Bapak Jumain selaku warga Desa Sumberjati yang juga memanfaatkan limbah organik sebagai pupuk memberi tanggapan “Saya juga membuat kompos, jadi sisa-sisa makanan biasanya saya buang di lubang tanah yang saya buat sendiri tapi ga pakai tambahan cairan-cairan ini” Ujarnya.
Selvia menjelaskan bahwa cairan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos organik ini ialah EM4 dan molase. EM4 sendiri bisa didapatkan di e-commerce maupun offline store sedangan molase bisa dibuat dengan menggunakan gula merah atau tetes tebu.
Setelah praktik pembuatan pupuk di depan warga, dijelaskan juga cara penggunaan pupuk yang tepat dan benar. Penggunaan pupuk kompos basah cukup ditaburkan diatas tanah, sedangkan pupuk kompos kering dapat dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Mengapa seperti itu? Karena pupuk kompos yang basah jika dicampur dengan tanah dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan tanaman dan tanaman menjadi kerdil.
Penyuluhan pengaplikasian pupuk kompos ini dilakukan agar warga dapat memanfaatkan sampah rumah tangga, kotoran hewan, dan limbah sisa usaha mereka menjadi kompos yang dapat digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu juga dapat menghemat pengeluaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H