Mohon tunggu...
Selvia Indrayani
Selvia Indrayani Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis, wirausaha, beauty consultant.

Pengajar yang rindu belajar. Hanya gemar memasak suka-suka serta membukukan karya dalam berbagai antologi. Sesekali memberi edukasi perawatan diri terutama bagi wanita.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penantian Panjang

12 Juli 2021   20:10 Diperbarui: 12 Juli 2021   20:32 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua ekor kucing kutemui di lorong pertokan sore ini
Mereka berebut sepotong ayam yang terbungkus plastik
Tanpa basa basi ditarik dengan sekuat tenaga agar bisa mendapatkannya
Aku hanya bisa terpana melihatnya, padahal perut ini juga tengah meronta

Tanpa diduga, seekor anjing berlari dan merebut ayam yang terbungkus tadi
Dua ekor kucing menganga tanpa dapat berkata
Mereka telah kehilangan bahagia
Sisakan tetesan air mata

Takada lagi tenaga bagi mereka untuk bertarung

Hatinya mendung disertai muka murung

Anjing yang merasa perkasa terus berlari mencari tempat sunyi
Dikoyaknya bungkusan ayam berbalut plastik penuh energi
"Wah, aromanya lezat sekali,"gumam anjing di lorong sepi
"Akhirnya aku bisa makan lagi,"teriaknya kegirangan memecah sunyi

"Kaing..."
Sebuah tendangan telak mengenai perut yang bergemuruh
Sepasang sepatu mengkilap berdiri tegap dan menatap
Dipungutnya ayam terbungkus plastik tadi lalu pergi

Dalam penantian aku berjalan
Berharap hujan kirimkan makanan
Aku melenggang perlahan menikmati kelaparan
Ditemani matahari yang berjalan ke peraduan

Perutku masih keroncongan
Berharap ada uluran tangan
Siapa tahu ada dermawan
Manusia yang berperasaan

Aku dalam penantian dan merenungkan arti dermawan

Di tengah negeri yang makmur dan aku merasa sendiri
Masihkah penantian ini berarti?
Atau aku harus mati karena takada lagi nurani?

Bekasi, 12 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun