Dua ekor kucing kutemui di lorong pertokan sore ini
Mereka berebut sepotong ayam yang terbungkus plastik
Tanpa basa basi ditarik dengan sekuat tenaga agar bisa mendapatkannya
Aku hanya bisa terpana melihatnya, padahal perut ini juga tengah meronta
Tanpa diduga, seekor anjing berlari dan merebut ayam yang terbungkus tadi
Dua ekor kucing menganga tanpa dapat berkata
Mereka telah kehilangan bahagia
Sisakan tetesan air mata
Takada lagi tenaga bagi mereka untuk bertarung
Hatinya mendung disertai muka murung
Anjing yang merasa perkasa terus berlari mencari tempat sunyi
Dikoyaknya bungkusan ayam berbalut plastik penuh energi
"Wah, aromanya lezat sekali,"gumam anjing di lorong sepi
"Akhirnya aku bisa makan lagi,"teriaknya kegirangan memecah sunyi
"Kaing..."
Sebuah tendangan telak mengenai perut yang bergemuruh
Sepasang sepatu mengkilap berdiri tegap dan menatap
Dipungutnya ayam terbungkus plastik tadi lalu pergi
Dalam penantian aku berjalan
Berharap hujan kirimkan makanan
Aku melenggang perlahan menikmati kelaparan
Ditemani matahari yang berjalan ke peraduan
Perutku masih keroncongan
Berharap ada uluran tangan
Siapa tahu ada dermawan
Manusia yang berperasaan
Aku dalam penantian dan merenungkan arti dermawan
Di tengah negeri yang makmur dan aku merasa sendiri
Masihkah penantian ini berarti?
Atau aku harus mati karena takada lagi nurani?
Bekasi, 12 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H