Anak dari keluarga broken home seringkali mengalami kesulitan belajar. Tergantung pada pembelajaran dan motivasi belajar, keterbatasan ini dapat membatasi kemajuan belajar dan tidak belajar siswa.Seiring dengan perkembangan kondisi mental, anak mungkin mengembangkan sikap agresif, menjadi menarik diri, atau mengalami kesulitan berinteraksi dengan teman sebayanya.
Dalam konteks ini, psikologi anak menunjukkan bahwa stabilitas keluarga sangat penting bagi perkembangan mental dan emosional anak. Dukungan dari orang dewasa yang sensitif, seperti guru, dapat membantu anak mengelola emosinya.
Pentingnya komunikasi dalam keluarga pasca perpisahan tidak boleh diabaikan demi kesehatan mental anak. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk menghargai emosinya dan memahami situasi yang muncul. Orang tua perlu berbicara dengan tenang dan saling mendukung, meski tidak bersama, agar anak bisa merasa aman.Orang tua dan guru bekerja sama untuk mendukung anak-anak ini. Dengan pendekatan terpadu, anak-anak dari keluarga berantakan dapat menemukan cara untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dan mengubah pengalaman negatif menjadi peluang untuk bertumbuh dan belajar lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H