Hallo sobat setia kompasiana, jangan terburu buru untuk berpikir negatif tentang judul dari tulisan ini karena sebenarnya hanyalah sebuah kiasan yang menggambarkan kondisi hidupku saat ini.
Bagaimana tidak, ketika menjalani hidup serba sendiri dalam arti tidak ada seorangpun yang dapat aku ajak berbagi dan berkeluh kesah dirumah, maka apapun pekerjaan yang notabene harus dikerjakan oleh seorang lelaki ternyata aku juga masih sanggup untuk melakukannya seorang diri.
Mungkin nasib seperti ini tidak akan pernah dialami perempuan manapun meskipun ia hidup mandiri jika ia memiliki keuangan yang lebih untuk membayar seseorang ketika hendak mengerjakan sesuatu yang sepantasnya dilakukan oleh kaum laki laki.
Dengan penghasilan yang tidak menentu, kebutuhan yang tidak dapat ditunda, serta masih harus memikirkan kondisi orang tua, bagaimanapun aku harus pintar dan mampu untuk mengelola pendapatan dengan sebaik baiknya. Bahkan apapun yang dapat aku kerjakan termasuk memperbaiki perkakas di rumah asalkan dapat menekan pengeluaran, pasti akan aku lakukan. Kalaupaun gagal, barulah berfikir untuk menyiapkan anggaran membayar tukang itupun jika hari esok ada pemasukan.
Bukan sekedar mengecat dinding atau mengganti lampu rumah saja, bahkan pernah sekali aku nekat untuk memperbaiki mesin pompa air karena memang dirumah sedang kritis air dan tiba tiba saja mesin pompa mati. Mungkin bagi mereka (wanita kaya) tidak akan pernah ada masalah dengan harga pompa air baru, tapi akan sangat jauh berbeda dengan kondisiku pada saat itu.
Karena sudah terbiasa untuk berusaha sendiri, Â maka apa salahnya jika harus berani melakukan apapun selama masih memiliki kemahuan dan satu hal yang paling mendukung adalah cara kita untuk dapat berifkir lebih cerdas tentang bagaimana memperoleh pengetahuan tentang apapun selama kita memiliki tekad dan bisa memanfaatkan situasi.
Beginilah aku yang sudah menjalani usia dewasa namun belum pernah memikirkan untuk meraih kebahagiaan pribadi karena beban yang sangat berat masih harus aku tanggung untuk mereka yang hanya bisa mengandalkan aku.
Kapan akan datang seorang laki-laki bijak yang dapat menjadi teman setiaku untuk bisa selalu bersama menemani aku dalam memikul beban yang selama ini aku bawa. Akankah terus berulang kisah yang lama dimana mereka yang datang mendekat hanya menginginkan diriku namun tidak sudi melihat sekelilingku. Hanya bisa mengambil hikmah bahwa kesendirian ini lebih berarti karena aku yakin bahwa didalam kesempitan hidup maka pasti akan ada keluasan ilmu yang tidak terkira. [curhat pulang kerja]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H