Mohon tunggu...
selva syahniarm
selva syahniarm Mohon Tunggu... Jurnalis - First Story About Me

Bercerita adalah topik yang tiada henti-hentinya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Datang untuk Pergi

3 Maret 2020   10:39 Diperbarui: 3 Maret 2020   10:54 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku mendengarkan namun pikiran ku dan hati selalu bertanya "kenapa harus aku?" tanyaku dalam hati.  Bel pun berbunyi itu artinya sudah waktunya untuk pulang.      

Sesampainya dirumah aku masih saja melamun sampai-sampai pak Darma menceritakan soal kejadian tadi di sekolah kepada ayahku. "akhir-akhir ini non Jeni sangat aneh pak semenjak kejadian ia pingsan dan berteriak" ucapnya. "aneh kenapa pak? Ko bisa-bisanya mangDarma berkata seperti ini?. Tanyanya dengan terheran-heran. "iyah pak, sekarang-sekarang ini non jeni sering melamun dan tidak bergaul dengan teman-temannya lain" jelasnya.  "mungkin itu hanya perasaan mang saja" tegasnya.

Aku merebahkan diriku di kasur setelah aku mengganti pakaianku. Aku membuka buku diary ku. Namun aku sangat tercengang saat membukanya entah siapa yang berbuat iseng terhadap buku diary ku ini "tolong, temani aku. Hanya kamu yang mampu melihatku, ku mohon:(". Akupun teringat dengan sosok perempuan toilet itu. Aku sangat takut dengan dan ragu, tapi aku juga sangat ingin tau apa yang sebenernya ia inginkan. Akupun menuju ruang tamu untuk menonton tv disana, tak lupa aku membawa beberapa cemilan. Sepertinya aku akan begadang malam ini karena besok adalah hari minggu. Akupu menonton acara televisi dengan serius. Akupun merasakan lagi ada ia disana dan ia pun duduk di sebelahku. Ia bukan ayah ataupun ibuku ia adalah sosok yang sering mengganggu ku. Awalnya aku takut namun saat ini aku malah kesal dan tidak ada rasa ketakutan yang amat besar. "kau lagi, mengapa kau ada dimanapun. Hari ini aku hanya ingin beristirahat" ucapku dengan tatapan yang masih saja menonton tv.  "aku hanya ingin kau menjadi temanku, kau adalah anak yang berbeda. Kau bisa melihatku tidak seperti yang lain".  Ucapnya dengan penuh harap. "memang yang lain tidak bisa melihatmu?". Kataku dengan ragu. "seperti yang kau lihat, aku hanyalah seseorang yang tidak memiliki siapapun saat ini dan selamanya aku akan seperti ini". Jelasnya padaku. "terus, mengapa aku bisa melihatmu?". Tanyaku dengan sangat bingung.  "itu karena kau beda dengan yang lain" jawabnya dengan sedikit tersenyum padaku. Aku hanya masih fokus menatap layar tv karena tak ingin menatapnya. Karena mengantuk akupun berlalu pergi ke kamarku untuk tidur. Tidurku terganggu dengan suara pak Darma yang begitu berisik.Pak Darma menceritakan semua tentang aku dan sosok perempuan itu kepada ayah dan ibuku. "pak saya tidak salah, non jeni harus di bawa ke Aki ucup untuk di obati". Ucapnya lantang yang membuat ayah dan ibu ku khawatir denganku. "memangnya jeni sakit apa pak? Dimana ia sekarang? Ucap ayahku dengan khawatir. Akupun mendengarkan di balik pintu kamarku. "tadi saya lihat non jeni berbicara sendiri di ruang tamu saat ia sedang menonton tv" ucapnya.

 Hari ini hari minggu dimana sekarang aku, ayah dan ibuku akan pergi ke Aki ucup. Entahlah aku sangat heran mengapa aku harus dibawa ketempat Aki. Di perjalanan aku hanya tertidur pulas karena perjalanan yang cukup jauh dari kota membuatku lelah. "jeni bangun, kita sudah sampai" ucap ibu dengan lembut membangunkan ku. Mataku sulit sekali terbuka, karena aku begitu sangat lelah. Akupun terperanjat dari tidurku. Ku ikuti ibu dan ayahku dari belakang aku berjalan menuju rumah khas pendesaan. Ya itulah rumah Aki Ucup yang jaub dari kota hidup di pendesaan. "Aki melihat anak ini memiliki mata batin, tidak mudah memang meyakininya. Namun aki yakin ia sudah tau tentang perempuan di sekolahnya yang selalu mengikutinya". Ucap aki dengan lantang dan membuatku sangat kaget dengan kata-kata yang ia lontarkan. "itu sebabnya kamu dikatakan berbeda olehnya" jelasnya padaku. "tapi apa benar itu aki? Kenapa aki tau? Apa aki juga bisa melihatnya?" tanyaku dengan sangat antusias. "haha... anak ini memang pantas untuk memiliki mata batin, sikapnya yang penasaran memudahkan makhluk tak kasat mata mendekatinya dan ingin berteman dengannya" candanya kepadaku.  Aku hanya menatap ayah dan ibu yang sangat khawatir terhadapku. "kalian tidak perlu khawatir dengannya,  ia memiliki aura beda sama seperti almarhum kakek nya Oman, ia juga seperti jeni bisa melihat sosok yang tidak bisa dilihat oleh semua orang" jelasnya kepada ayah ibuku. "apa aki juga melihatnya?" tanyaku pada aki.  "jelas aki bisa melihatnya nak,  sekarang mengahadaplah ke belakang, apa ia ada?" tanya aki.  Akupun menganggukan kepalaku kepalaku menandakan bahwa aku memang melihatnya.  "mudah jika kamu tidak ingin melihatnya lagi. Kamu cukup beritahu ia kalau kamu tidak ingin berteman dengannya" ucap aki padaku.  "tapi aki...." ucapku yang terpotong oleh aki "aki tahu kamu mungkin penasaran, jika niat ia baik padamu aki yakin ia akan menjagamu dari makhluk lain yang jahat padamu". Akupun mengerti perkataan aki. "ia seusia mu saat meninggal,  sebenernya ia sudah berumur 72tahun jikalau ia masih hidup saat ini namun karena meninggal ya dia akan tetap bertahan dalam tubuh yang terakhir kalinya" ucapnya dengan jelas padaku. Akupun semakin mengerti apa yang di katakan aki padaku.  

Aku berjalan menuju kelas, seperti biasa pasti aku berangkat di pagi buta sekali. Sungguh kesal memang namun aku sudah terbiasa. Lagi-lagi ia duduk di sebelahku. Siapa lagi sosok perempuan dengan kulit putih dan namun menyeramkan. "sekarang aku akan terbiasa dengan kedatanganmu, tapi jika kamu memang ingin berteman denganku jangan kau perlihatkan wujud aslimu padaku" jelasku terhadapnya. Ia pun hanya tersenyum dan menghilang. Tidak lama teman-temanku datang dan pelajaran pun di mulai. Haripun semakin melelahkan suara adzan dzuhur berkumandang itu artinya aku harus menunaikan ibadah sholat bersama teman-temanku. Tak lama aku kembali ke kelas setelah melaksanakan sholat dzuhur. Seorang anak yang masih remaja terus berteriak "bella mohon jangan tinggalkan bella sendiri di sini ibu, bella takut" ucapnya dengan ragu. "bella ibu harus pergi, kau harus tetap disini. Disini aman untuk mu, Ayah dan ibu akan pergi membereskan semuanya" ucapnya penuh arti. "ibuuuuuuu..... Tidakkk........" teriakku. Dorr... Dorr.. Suara derap langkah dan senapan terus terdengar ke daerah telingaku. Akupun berlari keluar lorong untuk melihat "tidak.......ayahhh,ibuuuu mengapaa seperti ini. Ibu bangun bella mohon bangunlah" teriakku dengan air mata yang terus berjatuhan dan membasahi pipiku.  Tidak ku sangka ibu dan ayahku meninggalkanku selamanya. Ayah dengan luka di pelipisnya dan ibu di bagian perutnya. Sungguh hancur hatiku saat itu "bella segeralah pergi dari sini, disini bahaya untukmu" ucap ibu untuk terakhir kalinya. Akupun sangat hampa entah aku harus berlari kemana sekarang, tidak ada siapapun yang menemaniku saat ini. Akupun memberanikan diri untuk pergi ketempat dimana yang lebih aman.  Seseorang mengikutiku dari belakang dan sepertinya mereka ada komplotan para penjajah yang sangat sadis. Aku pun berlari sampai akhirnya akupun terjatuh dan tangan kiriku terkena pagar besi yang cukup tajam. Aku menahan sakitku dan bersembunyi di toilet sendirian dengan darah yang masih mengalir aku duduk disana dan menahan rasa sakit di tanganku.

"haaaahhhhhhh..."  Lengguh nafas panjangku. Ternyata aku bermimpi "bella?. Apakah perempuan cantik itu adalah sosok yang ingin menjadi temanku? " tanyaku dalam hati. "akhirnya kamu bangun juga jen, kebo banget sih kamu, Parah dua mata pelajaran kamu habiskan dengan tidur kebo mu itu" ucapnya dengan tidak percaya padaku. "ehh adit ko kamu disini, kamu ngapain?". Ucapku pada adit, ia adalah teman ku kami beda kelas hanya saja adit memang selalu menungguku jika aku tidak di jemput oleh pak Darma dia sudah kenal dengan keluarga ku. Kami adalah teman dekat, maka dari itu ayah dan ibu ku sangat percaya padanya. "nunggu kamu lah" ucapnya. "apaan sih dit nungguin segala, aku tuh udah gede tau.." keluhku. "yaelah sok soaan mu dibilang gede, udah dari lahir kaya kurcaci mah udah terimain aja hahah" ucapnya sambil tertawa kecil. "dit kamu ada ngerasa sama aku gak sih?" tanyaku pada adit. Adit hanya menggelengkan kepalanya yang tandanya adalah tidak. "yaiyalah gimana kamu mu tau, orang sekarang-sekarang kamu jadi jarang sama aku" kesal ku. "uuuu emeshhhh bangettt ciiii" sembari mencubit pipi ku yang bersemu merah.
 Aku dan Adit berjalan pulang, selama di perjalanan otak ku hanya teringat apa yang sebenarnya terjadi hari ini. "alhamdulillah sampe jugaa udah lama aku gak main kesini, jen kamu mati? Jeni woy" teriaknya.  "iya iya denger, yaudah ayo masuk aja" jawabku ketus. Akupun masuk kedalam rumah ku bersama Adit.  "assalamualaikum, mahh jeni pulang.. ada Adit juga nih" teriakku memanggilnya. "iyah Waalaikumussallam, ehh nak Adit.  Sini nak masuk" ucapnya seolah-olah lupa padaku. "iyah tante, gimana kabarnya tante?" tanyanya. "alhamdulillah nak, baik sekali. Oh iya duduk dit" suruhnya pada Adit. "ekhemm... Sampe di kacangin gini anaknya" ucapku memelas. "namanya juga baru ketemu lagi, iyah kan dit?" jawabnya. "yaudah gih kamu ganti baju dulu sana" lanjut mamaku.
Akupun langsung menuju kamarku untuk mengganti bajuku. Aku membukakan pintu kamarku perlahan, ku kira itu adalah pembantuku ternyata dia lagi siapa lagi kalau bukan wanita hantu yang ingin berteman denganku. Sekarang ini aku sudah membiasakan diriku untuk terbiasa melihatnya sampai aku benar-benar bosan dengan kedatangannya. "sudah aku duga pasti kamu, ada apa?" tanyaku padanya. "hai jeni, kamu sudah pulang?" tanyanya padaku.  "menurutmu?" jawabku singkat. Ia pun hanya tersenyum padaku, namun aku berfikir bahwa ia adalah perempuan yang sangat baik akupun merasa kasihan padanya. "mulai saat ini kau akan menjadi temanku" jelasku. "hah... Apa itu benar jeni?" tanyanya padaku dengan senang. "iyah, karena kita sudah berteman aku ingin kamu menceritakan semua masalahmu padaku tidak ada yang harus kamu sembunyikan padaku. Berbagilah cerita kepadaku" ucapku dengan jelas padanya. "tapi masih ingatkah dengan janji itu? Jika kau ingin berteman jangan melihatkan wujud aslimu padaku" lanjutku. Akupun mengganti baju lalu turun kebawah menemui mamah dan Adit. "lama amat ganti baju" kesal adit padaku. "masalah?" ucapku dengan singkat. "masalah lah, masalahnya gua udah laper" jelasnya.  "mahhh adit bilang gua-gua nih mahh" teriaku.  Aditpun langsung menutup mulutku, aku dan adit sedari kecil memiliki kebiasaan yang di ikuti sesuai perjanjian kami tidak boleh menggunakan bahasa gaul itu sebabnya mengapa Adit membekap mulutku. Malam haripun tiba Aditpun berpamitan pulang pada mamah da papah. Akupun langsung menuju kekamar ku untuk tidur, sesampainya di kamar wanita itu selalu menungguku. "sepertinya laki-laki itu baik ya jen" tanyanya kepadaku. "seperti yang kau lihat, ohh iya aku ingin tahu nama mu. Selama kau mengikuti ku kau saja yang hanya tau nama ku, sedangkan aku tidak mengenal nama mu" jelasku padanya. "apa mimpi mu masih kurang panjang?. Mimpi mu yang sewaktu di sekolah adalah bayangan ku mengapa aku mati dan merasa sepi. Namaku bella sama persis dengan bayangan yang ada dalam mimpi mu" jawabnya padaku. Aku pun merasakan ia menyentuh bahu ku. Tangannya yang dingin namun lembut membuat bulukuduk ku merinding, namun dia sepertinya ingin bercerita padaku.
 Tak terasa waktu sudah pagi, saatnya aku bersiap-siap menuju kesekolah bersama pak Darma yang pastinya di ikuti oleh Bella sahabat hantu ku. Saat di sekolah aku merasa bahagia karena tidak ada lagi rasa takut yang mengganggu dan jam pelajaran ku tidak terganggu, namun sahabat dunia nyata ku Tyas dan Lani nampak begitu berbeda padaku. Akupub menghampiri mereka berdua.  "heyy.. Lagi ngapain sih?" sapaku pada mereka. "ish sana-sana dasar aneh" jutek lani padaku. "ih ko aneh sih?" ucapku bingung, "apa mereka tau aku yang sebenernya? Bahwa aku bisa melihat makhluk tak kasat mata" ucapku dalam hati. "si aneh yang ga pernah cerita" jelas Tyas padaku. Akupun hanya terdiam mendengar perkataan sahabat ku itu. Memang akhir-akhir ini aku jarang sekali bermain bahkan bergabung dengan mereka, saat aku kenal dengan Bella. Jam istrirahat pun di mulai itu tandanya aku harus mengeluarkan makan siangku dan memakannya. Kelas begitu sepi dan sangat sunyi. "Bella apa kamu mau?" tawarku padanya. "aku tidak suka sayuran jen, yang aku suka hanya roti tawar yang di tambah dengan selai cokelat" jawabnya. Tidak lama kedua sahabatku datang dan mereka melihatku sedang berbicara sendirian. Akupun langsung berhenti berbicara, namun kedua temanku sangat begitu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. "sepulang sekolah kita main di rumah ku ya" ajakku pada Tyas dan Lani. Jam pelajaran kembali di mulai aku dan teman-temanku yang lain pun memulai pelajaran dengan seriusnya ya meskipun Bella sesekali muncul di hadapanku.  

Akupun duduk di ruang tamuku bersama Tyas dan Lani. Saat ini entah apa yang harus aku bicarakan kepada mereka berdua dengan apa yang telah terjadi padaku, aku sangat ragu.  Aku tak ingin di jauhi kedua sahabatku itu terlebih lagi jika aku harus di jauhi oleh Adit sahabat kecil ku. "kita tunggu adit dulu ya, baru nanti aku ngomong" ucapku. "baiklah..." jawab lani dan tyas bersamaan. Kami pun memakan cemilan yang telah di sediakan oleh Bi Een selama aku dan yang lain menunggu Adit datang. "assalamualaikum.." teriak adit. "Waalaikumussallam.. Ehh dit sampe juga kamu, ko lama sih? Emang nya macet?" ucapku.  "dasar bawel,  engga tadi habis nganterin keysha aja". Ucapnya. "ohh gitu... " jawabku dengan tak peduli.  Kami pun tak ada yang Berbicara satupun saat ini. "jadi gini, sebenernya..." ucapku dengan ragu. "kamu hamil?. Wah parah sih jen, siapa bapanya? Kamu yang udah hamilin jeni ya dit?" cemasnya. Sontak Aku, Lani dan Adit kaget mendengar pertanyaan dari Tyas yang begitu gampang nya ia mencerna pembicaraan ku. "apasih ya, ngawur deh kamu. Naudzubillah deh aku sampe kaya gitu" ucapku dengan kesal. Adit dan Lani hanya tertawa. "jadi sebenernya kamu kenapa?" lanjutnya. "sebenernya aku bisa ngeliat apa yang kalian gabisa liat" jelasku pada mereka.  Mereka hanya bingung tak percaya, sontak membuat mereka tercengang. "emang bisa liat apa?" polos Lani padaku. Ku kira Lani mengetahui ternyata dia memang benar-benar sangat lola dalam berfikir. Akupun melanjutkan ceritaku pada mereka dan mereka pun mulai faham "jadi kalian gakan ninggalin aku kan?" tanyaku pada mereka. "kita gakan ninggalin kamu ko, sebenernya kita berdua jauhin kamu karena kamu tuh ga pernah cerita" ucap tyas padaku. "oh iya jen, aku pengen ketemu dong sama teman hantu mu itu" ucap adit. Akupun menyuruh Bella menulis di buku ku dan memperkenalkan dirinya. Bella pun menuliskan namanya dan menyapa mereka, namun mereka sontak kaget karena pena yang di simpan oleh jeni tiba-tiba melayang seolau sedang ada seseorang yang sedang menulis. "beneran punya dedemit lu" ucap Lani dengan santainya. Bella pun mendekat ke arah Lani dan mencubit tangannya. "awww.. Sakit sakit yas" ringis Lani. "lah ko nyalahin aku sih? Aku ga nyubit juga" elak Tyas padanya. Akupun hanya tertawa melihat kejahilan Bella itu dia sangat tidak jikanada yang memanggilnya DEDEMIT karena baginya sebutan tersebut sangat tidak ada harganya bagi dirinya. Senja pun tiba itu artinya hari akan segera malam, Adit dan kedua sahabatku sudah pulang kerumah mereka masing-masing. Saat mamah dan papah pulang mereka mengajakku pergi jalan-jalan bersama tidak lupa mereka selalu mengajak Adit juga. Akupun segera bersiap-siap setelah sholat maghrib. Ku ulaskan bedak cosmos baby pada wajahku dan sedikit lipice ku poleskan di bibirku, aku pun sudah siap dan segera turun untuk menemui papah dan mamah. Kami pun menuju rumah Adit untuk pergi bersama-sama ke pasar malam, Bella begitu sangat senang karena ia sangat menyukai tempat bermain. "jeni, aku begitu sangat senang sekali hari ini" ucapnya berbinar-binar. "syukurlah, kalau begitu ayo kita mulai bermain" ajakku padanya. "iya pun menganggukan kepalanya, namun saat kami berjalanan ia tiba-tiba berhenti di tempat permainan yang banyak sekali boneka disana. Wajah yang tadinya ceria berubah menjadi raut wajah yang sedih. Ku hentikan perjalananku dan menghampirinya. "ada apa?" tanyaku padanya. "jeni apa boleh aku meminta sesuatu?" tanyanya padaku. "tentu, apa yang kau mau?" tanyaku kembali. "saat aku berulang tahun dulu aku diberikan sebuah boneka teddy bear oleh ayah, namun saat ku berlari dan di kejar oleh orang-orang hijau yang jahat. Saat itupun boneka ku terjatuh" ceritanya padaku. Akupu. Mengerti apa yang ia inginkan, aku pun membelikannya sebuah boneka teddy bear yang ia minta, ia pun tersenyum bahagia. "baiklah jeni, sekarang kita naik wahana apa ya?" tanya adit padaku. "kora-kora mungkin" jawabku. Akupun menaiki kora-kora bersama Adit begitu bahagianya hatiku saat ini, bisa bermain bersama dua orang teman yang berbeda alam. Setelah selesai aku bersama Adit berkeliling pasar malam untuk melihat-lihat tidak lupa selalu ada Bella di belakangku. Tiba-tiba saja Bella menghilang entah kemana, akupun mencarinya bersama adit. "bella....bell... Kamu dimana?" teriakku memanggilnya. Namun taknada juga jawaban dari Bella, Aku dan Adit menelusuri pasar malam ku terus cari ia sampai ketemu.
 
 Sudah hampir satu minggu Bella menghilang dan aku telah berusaha mencarinya namun tetap saja tidak ada. Aku tak tau Bella berada dimana dan bersama siapa. Apakah ia memiliki sahabat baru selain diriku?.
 Ku kira kau akan kembali, Ternyata tidak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun