Sepagi tadi gerimis masih setia temani gigilku, untung saja kepulan kopi hitamku mampu meredam kebekuan tulang-tulang raga serta menghangatkan kalbu yang kini tengah terjerat rindu.Yah... rindu yang sanggup meluluh lantakkan  asa, rindu yang sanggup menjadi tameng pertahanan atas sebuah kesetiaan.Â
Dan rindu ini adalah namamu,masih akan tetap tersemat untukmu. Hari lalu, kini dan nanti, aku pastikan hanya namamu yang  menghiasi kisi-kisi, meski bilur-bilur lara mendambamu setiap saat meluka, menorehkan merah darah di sekujur hatiku.
Tak mengapa, sebab rindu tak perlu tergenapkan oleh pertemuan, rindu tak perlu dihangatkan sebuah pelukan, pun rindu tak perlu diletupkan pada lenguhan-lenguhan cinta. Rindu hanya butuh ruang sepi, rindu hanya terobati oleh kidung sunyi, kidung yang sanggup menguraikan derasnya air mata.Â
Bagiku merindumu adalah nikmat, saat  perihnya menikam jantungku. Sebab saat rindu menggelepar di ruang kalbu, saat itu segenap jiwaku kan memanggil namamu, lalu dedoa terindah untukmu akan menggema dari sanubari. Dan namamu senantiasa kusebut.
Untuk itu, kubiarkan saja tikaman rindu itu semakin menancap dalam ke hatiku, merindumu adalah doa.
*PK 17 1 17*
ilustrasi gambar : selsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H