perempuan dalam gurat yang kian menua
kecantikan yang tak pudar oleh waktu
nanar matanya tajam meski sayu agak memburam sudah
sejumput rindu bergelayut di sudut kelopaknya
menanti sebuah pelukan abadi Sang Empunya
perempuan dalam langkah yang kian tertatih
dengan kaki telanjang perlahan menjejak tanah basah
anggunnya masih tergambar di setiap geraknya
meski tak sama tegap tatkala ia masih berjuluk tembang desa
perempuan senja penunggu kereta kencana
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!