Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pertemuan

20 Oktober 2015   21:12 Diperbarui: 20 Oktober 2015   21:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Mestinya ada anggur merah dihadapan kita malam ini, kilau rembulan  memancar terangi senyum manis yang hiasi wajah ayumu. lalu angin sepoi-sepoi memainkan anak rambut yang menjuntai di dahimu. Alunan saxophone Kenny G memainkan The Moment akan menambah kesyahduan pertemuan kita.

Malam kian larut, tetap indah meski tak ada anggur merah maupun merdu alunan istrumental dari saxophone Kenny G Kita berdua tak berucap sepatah kata, namun tatapan mata saling beradu, ungkapan sejuta ingin yang  terpendam  selama satu dasa warsa usia perpisahan kita.

Ah kau masih seperti dulu, meski ada sekilas kerut tepat dibawah matamu, tapi tak menutupi kecantikan alami yang Tuhan ciptakan padamu. Tutur katamu masih tertata halus layaknya putri Yogya yang masih memeluk erat warisan budaya jawa. Itulah mengapa sejak kelas 1 SMA aku sudah mengagumimu. Bahkan setelah kita berdua lulus SMA dan kau pamit padaku akan menikah dengan lelaki pilihan keluargamu tanpa peduli betapa hancur hatiku karena percintaan kita yang sudah berusia 2 tahun harus berakhir. Kau tinggalkan aku demi lunasnya hutang-hutang orang tuamu pada tuan tanah yang akan menjadi mertuamu. Aku tetap mengagumimu, aku tetap menjaga agar cinta yang aku pupuk untukmu tak kan mati. Sampai detik ini, 10 tahun sejak kita berpisah, aku masih mencintaimu. 

Dan pertemuan malam ini, adalah awal dari kisah yang akan kita goreskan pada kanvas kehidupan. Kita berdua akan mencatatkan segala kisah duka dan gembira yang ada setelah janji sumpah setia di hadapan Tuhan kita ikrarkan dalam waktu dekat seperti yang sudah kita rencanakan. Sejak pertemuan kita kembali sepuluh bulan yang lalu, dengan wajah sedikit kusutmu aku tahu kau tengah dirundung duka. Dan benar tebakanku, ternyata kau sudah bercerai dengan suami pilihan orang tua. Dikarenakan kau tak bisa memberinya buah hati sebagai penerus tahta dan kekayaan mertuamu. 

Itu masa lalu, dan saat ini adalah waktu untuk kita. Aku tak peduli dengan kisah di sepuluh tahun perpisahan kita, aku tak peduli dengan predikatmu sebagai janda. Di mataku kau tetap Maharani, perempuan yang pertama kali mengenalkan aku pada sebuah arti cinta. Perempuan yang memberiku rasa kasih dan rindu yang terkadang memerihkan hati. 

Sepasang cincin berlian telah aku persiapkan untuk meminangmu malam ini, sebagai bukti awal betapa aku ingin menghabiskan sisa hidup bersamamu. Cincin ini pula akan membukakan mata kesadaran orang tuaku bahwa kebahagiaanku adalah kamu. Aku akan membuktikan pada mereka bahwa kanker getah bening yang mendiami tubuhmu bukan halangan bagiku untuk bisa hidup bersamamu.

Matamu semakin sayu, ditempa temaram lilin-lilin yang sengaja aku pasang di sudut meja makan ini, aku remas halus jemari tanganmu, dan kau memegang erat tanganku, dengan lembut kau berbisik "aku mencintaimu, meski tubuhku dimiliki orang lain, tapi cinta ini tetap milikmu, sama seperti 10 tahun yang lalu, Pram "

Sesaat bibirku tak sanggup berkata, aku dekati dirimu, aku peluk tubuhnya dari belakang. Lalu aku bisikkan kata "kau tahu? cintaku juga tak berubah Ran, gelegak cinta ini masih untukmu, menikahlah denganku, dan kita tebus waktu kebersamaan kita yang pernah hilang".

Kau membalikkan tubuhnya, memelukku erat, seakan  tak ingin melepaskanku untuk yang kedua kalinya. Aku memang selalu berada di sisimu, hingga ajal memisahkan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun