Resah ini,
Pada siapakah harus aku bagi, sedang kau tak pernah ada waktu tuk sekedar mendengarkan keluhku
Kau jauh di ujung senja, membagi tawamu pada buih pantai, mencengkerama ria pada hati yang lain
Biarkanku dengan segala gundah yang dicipta malam, diperam kelam
Lenakan aku pada pengharapan semu yang dibisikkan sepoi angin, dikisahkan oleh sabit rembulan
Sunyi ini,
Semakin meradangakan gelisah, memporakporandakan pikirku
Aku merindu dekapan hangatmu
Tatapan teduh matamu
Juga belaian lembut kasihmu
Kidung merdu telaga tak sanggup enyahkan kelesah ini
Semua mengendap
Meracuni pokok jiwa yang terserak Â
Membunuh rasa dengan sayatan pedih atas nama cinta
Lalu inikah nyata dari ikrar yang pernah kau tancapkan ke hatiku
Yang padanya ombak melembutkan derunya
Langit membirukan nuansanya
Juga peri bersayap putih yang meniupkan seruling surga
Mengiringi perjalanan asmara kita menuju sakramen tautan jiwa
Sejatikan untaian janji di altar putih
Di mana pemuka telah bersiap dengan akad suci
Ke manakah cerita asmara kita menghilang
Mungkinkah terbawa mentari sore tadi
Lalu tenggelamkan asa di sebalik bumi
Entah
Sunyi ini
Memenjarakan lamunanku atas kisah kasih tak sampai
Dan kini aku harus melepasmu
Melepas kisah yang dirampas oleh waktu
Aku berpasrah
*Kedu 25 Mei 2020*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H