Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pupus

19 Februari 2019   22:05 Diperbarui: 19 Februari 2019   22:26 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kutuang hujan dari kelopak mata
agar melarutkan gelisah rasa
sementara senja meruncingkan sebuah perpisahan
menghadirkan pilu bersama bilurbilur luka

kulumat sepotong ikrar
setianya menusuk jantung
rapuhkan penantian atas nama cinta
sedang  embun kini tak lagi sanggup sejukkan jiwa

engkau dan aku
tak lagi kuasa menorehkan tulisan kisah pada langit
sebab pena kehabisan tinta
titah sang penguasa telah berlaku
dan aku terlalu renta untuk menghardik takdir perih

aku memilih pulang
pada lembahku di balik bukitbukit bisu
merehatkan jiwa yang terlalu lama mangabdi padamu
dan kuikhlaskan saja pergimu bersama gugurnya kuncupkuncup kamboja

*puri sunyi 2019*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun