Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Masih Kekasihku [Kisah yang Berakhir]

19 Agustus 2016   18:38 Diperbarui: 19 Agustus 2016   18:51 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar : Granito Ibrahim

                                                                                            

  • merindumu bagai menggenggam bara 
  • ingin aku tanggalkan bayangmu 
  • agar tak membakar jiwaku, namun aku tak mampu
  • dirimu, seutuhnya mendiami jiwaku

Senja tunai menyisiri petang, dan jingga di ufuk mulai menghilang, kelam menggantikkan warna semesta. Sekelebat kisah kembali hadir lalu mengaduk-aduk ruang jiwa. Menjadikan kalbu sekelam malam yang kini mulai menjejak bumi

Sesungguhnya kisah itu telah berakhir, jauh sebelum dirimu benar-benar meninggalkan aku dalam sepi yang menyayat. Saat kau pergi tinggalkan aku dalam kesendirian, saat itulah kisah kita usai.

Bertahun-tahun aku berdamai dengan kata merindu, sebab aku tahu kau tak kan pernah kembali seperti saat kau tinggalkan aku dalam ketidak pastian. Lama sudah aku bersahabat dengan sunyi dan khayalan, sebab aku tahu kita takkan pernah bisa bersatu. 

Kini, setelah waktu menjadi pengobat lukaku, aku menjadi terbiasa dengan khayalan ataupun mimpi-mimpi, meski aku tahu semua itu hampa, sebab aku dan kamu tak kan pernah bisa menyatu.

Lalu mengapa kau ingin mencoba menulis kisah lagi untuk kita?. 

Semuanya telah berakhir, sesaat setelah kau berlalu dari sisiku. Andaipun kau sekuat hati  inginkan kita menyatu, itu tak kan pernah terwujud. Kita telah berbeda, antara kita telah ada dia, dia dan dia, yang kini menghiasi hari-hari kita. Meski sejatinya cintaku dan cintamu tak pernah berakhir, namun catatan kisah kita telah benar-benar selesai. 

Berdamailah denagn takdir ini, hilangkan resahmu. Percayalah, di dalam hati ini, hanya tersemat namamu. Hanya dirimu yang sanggup hiasi mimpi-mimpi indahku. Hingga detik ini pun aku masih merasa kamu satu-satulah cintaku, pemilik jiwa ini. Meski raga kita tak pernah menyatu namun kita bersatu dalam cinta yang sejati. Mungkin di kehidupan yang kedua Tuhan pertemukan kita kembali dan merestui tangan kita terpaut di depan altar suci.

*PK, 19 8 16*

ilustrasi gambar : Granito Ibrahim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun