"La kok makan gitu?" Ratih masi agak esmosi.
"Kakakku yang cantik Ratih , yang suka baperan, sabar dong, aku cuma mencicipi masakan Eka" jelas Dedemit. "Kata kakak, mencicipi boleh asal tidak kenyang" tambahnya.
"Mencicipi emang boleh kata pak ustad, tapi tidak sepiring gini dede Demit koplak" akhirnya kesabaran ratih telah diambang penghabisan, melihat adiknya yang naif dia bisa marah pula.
"Pan meski sepiring aku tidak kenyang kakak" bela Dedemit lagi.
"Hayaaah sudah kamu keluar sana, jangan bikin puasaku batal gegara marah sama kamu dek, itung utang puasa ya kamu hari ini" perintah Ratih sambil memegang kepala yang mulai nyut nyutan, bukan pusing karena Dedemit sih tapi karena pas kumpulan PKK tadi sempat bertemu Ariel Noah Permana idolanya. (Tidak ada hubungannya di kisah ini sih, hanya menegaskan saja kalau Ratih suka baperan )
Dedemit segera keluar sesuai perintah kakaknya Ratih, hatinya masih bertanya-tanya, apa sih kesalahanku?. Yah maklum deh Dedemit memang termasuk manusia langka jadi kadang meski diberi penjelasan yang akurat pun dia tidak bisa menerima dengan baik. Namun Dedemit senang karena berkah membantu memasak telah membuatnya dia bisa mencicipi masakan kakanya. Untuk urusan hutang puasa atau apalah itu, akan dia pikirkan setelah lebaran tiba. Yang dia pikir bisa berduaan dengan Eka dan mencicipi masakan adalah berkah dari puasa ramadhan kali ini.
Usul buat kakaknya Ratih, perlu dipesantrenkan segera adik semata wayangnya ini.
Sekian terima gaji
Cerita ini bukan kisah nyata, tapi apabila nama dan kisahnya hampir sama, memang disengaja oleh penulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H