[caption caption="FC"][/caption]Selsa, 18
Dear Diary
Di,
Malam perlahan merangkak, sunyi mulai menyusupi ruang ini. Namun aku belum bisa pejamkan mata. Gundah ini merajai jiwaku, dan membuatku seakan lumpuh raga. Satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya meraihmu lalu menuliskan kembali peristiwa yang aku alami seharian ini, peristiwa yang sukses membuat tubuhku serasa tak punya tenaga, membuat jiwaku melayang-layang pada langit entah, dan tersesat pada sebuah kenangan.
Di,
Tadi siang aku bertemu dengannya, wanita yang aku cintai seumur hidupku sekaligus yang pernah menorehkan luka mendalam dalam jiwaku,Elsa. Wanita inilah yang sanggup membuatku tak bisa berpaling tuk mencintai orang lain, meski bermusim telah berlalu sejak pengkhianatannya atas cintaku.
Dulu, kami adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Berjuta asa pernah aku sematkan pada cinta ini. Aku ingin menikah dengan Elsa, aku ingin di rumah mungilku, Elsa menjadi ratu, dan juga ibu dari anak-anakku. Namun sayang, dia memilih menikah dengan laki-laki lain dan meninggalkan aku dalam kecewa yang sangat mendalam.Â
Di,
Meski kisah cintaku dengan Elsa berakhir tragis bermusim yang lalu, namun aku tak pernah bisa melupakannya. Entah apa karena aku sangat mencintainya atau...? Aku tak tahu jawaban pastinya. Aku sendiri kadang merasa heran, mengapa aku tak bisa mengenyahkan wajahnya dari pikiranku. Mengapa aku tak bisa berhenti tuk selalu ingin tahu kabarnya yang hilang ditelan kejamnya sebuah takdir.
Yah...sekian tahun aku selalu mencari kabar wanita yang telah berhasil memasung jiwaku. Namun meski aku telah berusaha dengan sekuat hati, namun kabarnya tak pernah aku dengar, dia dan kisahnya hilang dari hadapanku, terbawa angin yang entah berhembus kemana.
Dan tiba-tiba aku dipertemukan lagi dengannya siang tadi. Kau pasti akan menertawakanku kalau aku ceritakan bagaimana aku tak bisa mengatasi deburan jantung yang demikian kencang. Aku tak bisa menahan titik-titik air yang begitu saja menetes dari mataku. Ternyata aku masih sangat mencintainya Di...