[caption caption="Planet Kenthir"][/caption]
Artikel ini bukan soal politik atau dukungan kepada calon pejabat tertentu, tulisan ini hanya ungkapan hati dan pemikiran kasar dari seorang pembaca Kompasiana.
Kemarin sempat baca judul sebuah artikel yang menggunakan kata "jongos". Wah saya menjadi terkagum dong tentunya. Entah berasal dari mana kata "jongos" ini, (kalau menurut kong Agil- kata ini dari Belanda yang artinya pemuda timur, namun seiring waktu perjalanannya artinya menjadi pembantu atau babu). Namun yang pasti buat saya yang dibesarkan di lingkungan Jawa, jongos ini sangat kasar untuk diucapkan Apalagi untuk kaum piyayi, kata ini sangat dihindari penggunaannya, meski untuk seorang babu yang dinilai derajatnya jauh lebih rendah. Sebenarnya sah-sah saja sih menggunakan kata "jongos" toh artinya pembantu. Namun yang beredar di sekitarku kata "jongos" ini sangatlah kasar.Â
Â
Maka dari itu, saya sangat heran dan kaget saat pak Gunawan Hutapea yang selama ini saya kenal sebagai penulis yang santun, menggunakan kata jongos untuk sebuah judul, baik untuk disandingkan pada nama bapak Yusril Ihza M ataupun untuk pak Ahok.Â
Terkait dengan "jongos" sebuah grup di WA yang saya ikuti,menjadi sangat gaduh, tentunya saya termasuk yang turut menggaduhkannya. Bukan apa-apa, Kompasiana adalah media sharing & connecting yang menurut saya adalah media yang mumpuni, dibanding media online sekelas abal-abal yang tulisannya cuma berisi hujatan terhadap "musuh".
Saya tidak mau "menghebohkan" isi tulisan itu karena saya sengaja tidak membuka tulisan itu. Membaca judul saja saya sudah tidak tertarik sama sekali. Hanya saja sebagai pembaca setia Kompasiana, tentunya tidak ingin kalau kata "jongos" dipakai sebagai judul dan diembel-embelkan pada nama seseorang. Mungkin akan sangat beda kalau "jongos" dipakai sebagai judul sebuah tulisan fiksi. Tentu pembaca akan sangat maklum, sebab terkadang fiksi bisa "lepas" dari aturan dan etika, namanya juga fiksi.
Apalagi untuk tulisan anak-anak Planet Kenthir, kata "jongos" menjadi semacam lelucon (meski saya juga gak akan suka). Tapi kita semua tahu penghuni Planet Kenthir ini bisa apa saja yang mereka ingin, meski sampai sekarang masih dalam batas kwajaran (menurut saya, tidak tahu menurut mas Nanang Diyanto).
Entah kalau pemakaian kata "jongos" itu untuk menarik pembaca, jadi menurut penulis sah-sah saja memakainya. Namun untuk penulis sekelas pak Gunawan H, meningkatkan jumlah pembaca bukan hal yang sulit kan?, secara beliau sudah terkenal sebagai penulis unggulan di Kompasiana, beda dengan macam saya (bukan kecemburuan soksial lo ya-sebab aku penulis fiksi yang menyadari di Kompasiana jumlah pembacanya minim, mentok pada angka 50 saja sudah bisa tersenyum)
Â
So...apapun itu "jongos", rasanya nggak etis untuk dipakai judul dan disandingkan dengan nama seseorang. meskipun untuk menyebut "musuh" kita. Â