Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawan Bagi Jamannya

9 November 2012   02:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:44 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Diajeng, besok pagi-pagi aku harus berangkat" Parjo minta ijin pada istrinya, Surti.

"Ya Kangmas..., kira-kira berapa hari?" Surti bertanya.

"Nggak tahu Dijeng, semoga saja secepatnya dan kali ini membawa kabar yang bagus" jawab Parjo."Kami akan bergerilya di daerah Ambarawa Diajeng".

"Hati-hati Kangmas, aku hanya bisa mendoakan perjuangan Kangmas dan teman-teman"

"Makasih Diajeng, jangan lupa jaga anak kita baik-baik, kelak bila lahir meski perempuan akan aku ajari berjuang melawan penjajah " Parjo mengelus perut Surti yang mulai membuncit, Surti meremas tangan Parjo mesra.

"Pulanglah dengan kabar yang baik ya Kangmas?' pinta Surti

"Aku minta restu dan doamu sayangku" Parjo mendadak romantis, Surti mengangguk pasti.

***

Daerah Ambarawa sunyi,hanya sesekali deru mobil tentara Inggris yang melintas. Tak terlihat wajah pribumi lalu lalang seakan kota ini tak berpenghuni. Di sebuah gubuk tua di pinggiran hutan Bandungan tampak beberapa orang membentuk kalangan. Serius mereka membicarakan satu gerakan yang akan mereka lakukan esok malam.

"Kita harus menunggu pak Dirman dahulu Kangmas Joyo" kata Parjo.

"Tentu Dimas Parjo, kira-kira sore hari ini beliau datang, tapi setidaknya kita sudah mematangkan langkah yang akan kita tempuh ini Dimas" jawab Joyo sang ketua pasukan.

Sore hari mereka akan kedatangan Sang Komandan Batalyon Kroya, Soedirman, yang akan memimpin penyerangan terhadap tentara Inggris yang kini menguasai daerah Ambarawa. Sebelumnya Pak Soedirman telah berhasil merampas senjata pasukan Jepang yang waktu itu menduduki wilayah Banyumas.

"Kangmas, apa kira-kira kita akan berhasil dengan cara yang pertama ini ya?" tanya Parjo memecah kesunyian

"Semoga saja Dimas Parjo, kalau cara pertama di rasa kurang maksimal kita bisa menggunakan cara kedua. Aku juga meminta pada kalian semua yang hadir di sini untuk tetap bersemangat dan tak lupa berdoa memohon keselamatan dan keberhasilan kita semua" jawab Joyo sambil mengobarkan semangat terhadap teman-temannya.

"Nggeh" sahut mereka serempak.

Pasukan dari Bandungan ini memang sedikit, hanya berjumlah sekitar 100 rang. Tapi menurut Raji sang utusan dari Banyumas, Pak Dirman akan mengerahkan beberapa orang dari daerah sekitar Ambarawa, seperti Temanggung, Secang,Parakan dan Ungaran. Dan menurut rencana malam ini pasukan yang telah disiapkan pak Dirman akan berdatangan guna penyerangan esok harinya.

"Kangmas, kalau ada apa-apa denganku, aku titip diajeng Surti padamu, juga bayi yang kini ada dalam kandungannya" kata Parjo lirih saat mereka hanya tinggal berdua.

"Apa-apaan ini Dimas, kenapa sekarang jadi pesimis begini, aku nggak suka kata-katamu tadi, tidak mencerminkan dirimu sesungguhnya" Joyo heran dengan sikap Parjo kali ini, biasanya Parjolah yang sangat bersemangat kala menghadapi saat-saat bertempur. Tapi kali ini di wajah Parjo terlihat kesenduan yang sangat.

"Sudah jangan berpikiran macam-macam Dimas Parjo" mari kita ke surau dahulu, meminta perlindungan dari Allah" ajak Joyo.

"Ya Kangmas Joyo, tapi berjanjilah padaku, untuk menjaga diajeng Surti dan anakku ya?" Parjo beranjak dan masih tetap meminta kesungguhan dari permintaannya pada Joyo.

"Surti itukan adikku, dan jabang bayi itu ponakanku, tanpa Dimas minta, aku akan selalu menjaganya semampuku Dimas" jawaban Joyo ini melegakan hati Parjo, "sudah ayo "ajak Joyo.

"Makasih Kangmas Joyo" gumam Parjo, mereka berjalan beriringan menuju surau.

**

Pertempuran melawan pendudukan Inggris ini memang bukan hanya terjadi di Ambarawa saja.  Menurut keterangan pak Dirman uang kini menjabat sebagai Panglima Divisi V, pertempuran melawan pasukan Inggris terjadi di beberapa kota lainnya. Meski banya prajurit negeri yang terluka bahkan gugur, namun tak menyurutkan semangat untuk merebut kembali kota Ambarawa.

Setelah memakan waktu beberapa hari, akhirnya pasukan Inggris terdesak dan mengundurkan diri ke Semarang. Pertempuran yang sangat melelahkan bagi anak bangsa ini terbayar dengan kemenangan yang melegakan.

Joyo, sang kepala pasukan, terpekur di depan pintu surau. Tak di hiraukannya lalu lalang teman-teman yang keluar masuk surau kecil itu. Pikirannya menerawang jauh di desa kelahirannya, Sumowono. wajah Surti adikny semata wayang pun kini lekat di pelupuk matanya. tak sadar air matanya meleleh membasahi pipi. Joyo, prajurit yang kuat dan garang dalam pertempuran itupun bisa menangis manakala dia teringat kesedihan yang akan dihadapai adik perempuannya.

***

"Diajeng, maafkan kakangmu ini" mata Joyo tak kuasa menatap sorot tajam mata Surti.

"Ada apa yo kangmas, bagaimana denagn pertempuran itu? sekarang di mana Kangmas Parjo?" Surti merasakan kesenduan kangmasnya.

"Maafkan aku diajeng, aku tak bisa melindungi Adimas Parjo, dia telah meningg...." belum selesai ucapan Joyo, Surti sudah menangis dan berteriak memanggil nama suaminya dan berlari keluar kamar.

"Kangmas Parjo...." isaknya saat melihat jenasah suaminya yang telah di semayamkan di amben bambu depan rumahnya.

"Yang tabah Diajeng, suamimu mati dengan membawa harum namanya sebagai pahlawan" hibur Joyo sambil mengusap punggung adiknya.

"Kangmas Parjo..." lirih Surti terus memanggil nama suaminya.

"Perjuangannya kini tak sia-sia Diajeng, pasukan kami yang memenangkan pertempuran itu, meski harus dibayar mahal dengan kepergian Dimas Parjo. Senyumlah Diajeng, percayalah bahwa Dimas Parjo tentu telah bahagia disana, menyaksikan perjuangannya yang tak sia-sia" Joyo masih menghibur adiknya.

"Kangmas Joyo, meski sedih aku memang harus merelakan kepergian mas Parjo,Aku akan mewujudkan impiannya dengan mengasuh jabang bayi ini dan mendidiknya menjadi pahlawan seperti keinginannya" Surti berkata masih diantara isaknya.

"Baguslah Diajeng, negeri ini sangat membutuhkan pahlawan yang benar-benar berjuang demi bumi pertiwi seperti Dimas Parjo" sahut Joyo.

***

"Kita harus benar-benar berjuang melawan para penjahat bangsa yang menggerogoti negeri ini dengan segala kepandaiannya dan juga memanfaatkan jabatan yang dia punya. Koruptor itu harus diberantas. Jangan biarkan koruptor merajalela di bumi tercinta kita"

Pidato berapi-api itu mendapat sambutan yang sangat meriah dari peserta yang hadir di acara "penyelamatan Bangsa" yang di selenggarakan oleh komunitas anti korupsi. Gemuruh para peserta yang berdecak kagum membahana memenuhi ruangan itu.

Atika, seorang sarjana hukum yang kini aktif dalam Gerakan Penyelamatan Bangsa dari para koruptor itu tersenyum senang karena psidatonya mendapat tanggapan yang luar bisa dari para peserta. Setelah turun dari podium, langkahnya mantap menuju seorang perempuan tua yang duduk di sudut ruangan itu.

"Ibu, maafkan Tika, hanya ini yang bisa Tika lakukan untuk negeri kita" ucap Atika pada perempuan tua yang di tujunya itu.

"Tak mengapa nak, teruslah berjuang dengan caramu, ayahmu di surga pasti sangat bangga melihat putrinya meneruskan perjuangannya demi bumi tercinta ini" jawab ibu tua, Surti  istri Parjo yang gugur dalam pertempurandi  Ambarawa.

Mata Surti berkaca-kaca, antara sedih mengenang suaminya Parjo yang telah tiada dan kebanggaanya sebagai istri pahlawan yang merebut kemerdekaan dan juga ibu yang mendidik putrinya menjadi pahlawan di jamannya

"Kangmas Parjo, kini telah selesai tugasku atas keinginanmu menjadikan anak kita pahlawan negeri, walau tak mengangkat senjata seperti Kangmas, namun Atika putri kita telah berjuang demi rakyat bumi pertiwi, meski yang di lawannya adalah saudara sebangsanya sendiri. Banggalah pada titisanmu kangmas, Atikamu seorang pahlawan di masanya" gumam Surti seakan suaminya Parjo ada di depan matanya, sambil memandang wajah Atika putri tercintanya.

***********

Selamat Hari Pahlawan

Terima kasih pada Panglima Besar Bapak Jenderal Seodirman dan warga sekitar yang telah turut serta berjuang merebut kota Ambarawa dari pendudukan tentara Inggris pada 12 Desember 1945

Semoga perjuangan beliau tidaklah sia-sia untuk negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun