Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Kau Surgaku

29 Maret 2012   14:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:17 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_171626" align="aligncenter" width="300" caption="pinjem mas Naim Ali - KAMPRET"][/caption] Ayah... Ijinkan aku tuk ungkapkan isi hati yang mungkin belum pernah kau tahu. Aku ingin di sisa kebersamaan ini, kita bisa saling bicara dari hati ke hati, tanpa resah, tanpa ragu dan tanpa kekerasan hatimu yang telah pula kau wariskan di diriku. Ayah... Aku tahu betapa kau sangat menyayangiku dari caramu mengasuhku, membelaiku dan memelukku. Akupun tahu bahwa ayah sangat bangga mempunyai anak sepertiku. Terlihat dari cara ayah menceritakan segala prestasiku pada setiap teman teman ayah yang datang ke rumah. Dan aku sangat bersyukur untuk kasih sayangmu. Ayah... Di lubuk hatiku yang terdalam, akupun sangat menyayangi dan membanggakanmu. Gurauan dan juga caramu menasehatiku selalu lekat di ingatanku. Aku sayang padamu ayah, meski kini kita terbentang jarak yang entah sampai kapan akan tertempuh oleh langkah  dan kita menyatu bersama lagi dalam pelukan yang menghangatkan jiwa. Ayah... Maafkan aku yang tidak mengindahkan perintahmu, dan memilih jalan yang berseberangan denganmu. Jujur ayah, aku tak bisa bersamamu lagi, bergandengan tangan bersama dalam satu irama doa. Aku memilih jalanku yang sesuai dengan kata hatiku. Bukan karena aku tidak menyayangimu kalau aku pilih ini ayah, tapi entah mengapa aku damai di sini, aku merasa nyaman di sini ayah.... Ayah... Aku mohon jangan lagi kau kau acuhkan diriku, aku tersiksa dengan ini ayah. Aku yakin kaupun tersayat saat tak bisa lagi memelukku dalam luapan rindu seorang ayah pada putri cantiknya. Lepaskan kekerasan hatimu ayah, agar kita bisa bersama lagi. Bukankah Tuhan sang pemilik jalan memberikan hak pada kita tuk memilih arah sendiri ?. Ayah... Aku takkan memaksamu tuk segera bukakan pintu hatimu, aku tahu kau terluka dengan pilihanku. Tapi aku pastikan ayah, pilihanku bukan karena siapa atau apa, namun jalan ini hatikulah yang berbicara. Apapun keputusanmu pada diriku, aku tetap menyayangimu. Kau adalah surgaku ayah.... *dalam kenang seorang ayah, semoga damai di surgamu*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun