Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MIRROR] Seutas Tali

16 Desember 2011   02:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:12 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_149575" align="aligncenter" width="300" caption="by google"][/caption] " Mas, mau kemana lagi ? " tanya Sinem istriku. " Seharian tadi mas pergi, sekarang hampir gelap mas sudah mau pergi lagi " lanjutnya. Aku bungkam saja, dalam pikiranku hanya satu, bahwa malam ini aku harus berhasil. Sudah dua bulan aku tak mendapatkan hasil dari pekerjaan sampinganku ini. Kalau hanya mengandalkan hasil dari narik becak saja mungkin aku tak bisa menyekolahkan dua anak anakku, keinginanku hanya satu, mereka jadi orang berhasil. Jangan senasib dengan bapaknya yang hanya sempat sekolah sampai kelas tiga SD, karena tak ada biaya. Kini dua anakku telah duduk di sekolah lanjutan dan itu akan memerlukan biaya yang lumayan besar. Apalagi si sulung yang sudah menginjak kelas tiga, banyak sekali iuran ini itu untuk menunjang ujiannya yang hanya tinggal beberapa bulan lagi. " Mas..." istriku mengagetkan aku. " Wis bune nggak usah banyak tanya, aku mau keluar bentar saja, kunci saja pintunya, aku sudah bawa serep'e " jawabku agak tergagap, dan aku berlalu dari tatapan heran istriku. Sampai saat ini istriku tak mengetahui kerjaan sambilanku ini, walau sudah kujalani hampir tiga tahun ini. Aku hanya berharap usahaku kali ini akan berhasil. Sudah sebulan ini orderan datang padaku, dan kali ini ada kesempatan emas tuk mewujudkan dan memenuhinya. Kabar baik ini aku dapatkan tanpa sengaja saat ada seseorang minta di antar ke terminal bus antar kota tadi pagi. Penumpang ini ngobrol dengan temannya lewat hp bahwa ada seorang teman perempuannya  semalam meninggal dunia. Rumah duka itu ada di desa Turi yang berarti dekat dengan desa tempatku tinggal. Saat itu aku langsung mengingat hari, dan tepat hari ini hari jum'at kliwon. Dan sepanjang jalan menuju terminal bus, pikiranku di penuhi rencana untuk memenuhi orderan itu, mencuri pengikat pocong mayat yang meninggal di malam jum'at kliwon. Orderan ini seperti ini sering aku dapatkan dari seseorang sering di sebut dukun oleh banyak orang di desa sebelah. Aku tidak tahu khasiat dan untuk apa tali pengikat pocong itu di buru banyak orang, yang aku tahu seutas tali itu laku mahal. Segera aku bergegas menuju satu bukit kecil yang terletak di batas desa ini. Malam ini gelap dan sepi, mungkin karena habis hujan jadi orang orang lebih memilih diam di pembaringan meski waktu baru menunjukkan pukul sembilan. Sampai di bukit, aku menuju tempat sasaran dengan mengendap endap. Ah... masih ada beberapa orang duduk disana dan mengaji. lalu aku putuskan untuk mencari tempat yang tak jauh dari situ namun mereka tak bisa melihatku. Malam makin merangkak, dan sayup sayup suara orang mengaji  makin melambat dan hilang sama sekali. Namun aku belum berniat tuk menengok lagi apakan orang orang itu masih ada di sana atau tidak.

**********

Malam telah mendekati pukul 12, dan dingin mulai menusuk pori poriku. Aku lihat seorang demi seorang telah meninggalkan kuburan baru itu. Aku bersyukur, karena biasanya kerabat yang menunggui kuburan jenazah yang meninggal malam jum'at kliwon akan standbay 24 jam sampai hari ke 40 kematiannya. Segera aku mencangkuli tanah kuburan baru itu, lagi lagi aku bersyukur karena tanah basah ini mudah sekali di cangkul. Tak lama berselang kain kafan putih yang telah kotor oleh tanah itu terlihat. Aku lepaskan tali pengikat pocongnya. Bruuuuukkkkk.... Aku terlonjak dan terjerembab ke belakang dan hampir menindih perut mayat itu. Tiba tiba mayat  itu duduk, dia menatap tajam ke arahku. " Siapa kau ? beraninya kau curi tali pengikatku " tanyanya sambil menyeringai lalu tawa melengkingnya memecah kesunyian malam ini. " Hihihihihihihihihihihihi........" Sebenarnya aku sangat ketakutan, baru kali ini aku kena getah dari pekerjaan gilaku ini. Namun sekuat tenaga aku kumpulkan keberanian untuk menjawabnya dan tidak berlari meninggalkannya. " Maaf aku hanya ingin menambah penghasilan dengan menjual tali tali pocong itu " aku menjawab sambil gemetar. Hihihihihihihihihi...... mayat itu  tertawa kembali... " Kau bodoh, manusia kejam, kenapa kau tak biarkan kami istirahat dalam kubur ini " sontak dia menangis pilu. Dan tangisannya membuat bulu kuduk berdiri dan leherku terasa berat untuk di gerakkan. " Maafkan aku "  aku terbata bata. " Hihihihihihihi....sekarang kau minta maaf padaku, besok kau lakukan lagi pada yang lain "  mayat itu mencengkeram lenganku hingga menjadikanku sulit bernafas. Sekuat tenaga aku lepaskan cengkeraman tangannya, dan saat aku sentuh kulitnya terasa dingin, aku bergidik. " Ampun, lepaskan aku, aku berjanji takkan mengulangi lagi " aku memohon padanya agar dia melepaskanku. " Hah...??? minta ampun padaku ??, minta ampunlah sama Tuhanmu hihihihihihi...." tawanya kembali membahana. " Dasar manusia kurang bersyukur...." mayat itu mendorongku dan aku kembali terjerembab. Aku berusaha naik, tapi celanaku tersangkut kaki mayat itu. Setelah melakukan berkali kali pencurian tali pocong, baru kali ini aku kena batunya, si empunya tali marah dan melawanku. " Pulang !!! dan jangan pernah lagi punya niat mencuri tali pocong " matanya menatapku penuh kebencian. Segera saja aku ambil langkah seribu, tak ku hiraukan lagi sekelilingku yang sekelebatan tampak penuh pocong yang mentertawakanku.

**********

Sampai di rumah segera aku bergegas ke kamar mandi tuk membersihkan diri. mendengar kegaduhan kecil yang aku buat, sinem istriku terbangun. " Loh mas, malam malam kok mandi ?" istriku menatap keheranan. " Biar bersih saja bune " jawabku sekenanya, lalu aku naik keranjang tuaku dan menyelimuti tubuhku. " Mas, kamu menggigil " Sinem meraba raba keningku, dan merapikan selimut. " Dah bune jangan banyak tanya besok aku ceritakan semuanya padamu, sekarang aku mau istirahat dulu ya " kataku meminta pengertian pada istriku. Aku memejamkan mata, namun bayangan mayat  itu tergambar jelas di otakku. Ah ..... cukup sudah aku melakukan pekerjaan konyol ini, aku tobat.  Ya Allah, desahku dalam hati. Wajah mayat itu masih terus membuntuti pikiranku.

*************************************************

serep'e = cadangan

SELSA

No Peserta MIRROR 119

NB: Nikmati juga karya peserta lain di lapak CINTA FIKSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun