Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Fiksi Horror) Asmara yang Terlewat

15 Mei 2011   12:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:39 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13039900101774594010

Tengah malam,  ufh... lapar nih, pengen keluar rumah tapi malas, hujan nggak ada berhentinya dari sore. Ah bikin kopi saja pikirku. Lalu aku menyalakan laptop yang sedari tadi seperti ingin bercumbu denganku karena seharian tidak aku jamah sama sekali. Yak.. siap, duduk melototin layar di temani secangkir kopi hitam kental, dengan harapan ada banyak teman di chatingan FB ataupun YM. Saat aku buka FB, banyak sih yang nongol di forum chating, tapi hanya sedikit yang aku kenal baik, akhirnya aku buka YM. Siiplah ada beberapa teman yang terlihat On Line. Lima menit setelah aku buka,  salah seorang teman baikku yang tinggal di luar kota menyapaku " Hai   Selin, Cam dong pasang " aku coba pasang web cam ku, dia pun berlaku sama denganku, hmmm terlihat wajah cantik Tyas, yang  di gandrungi teman teman cowokku. " Hai juga Tyas " jawabku. " Ngapain malam gini belum tidur " " Tau nih, aku juga heran kok tumben lihat bantal aja neg, jadi aku  kagak jadi tidur deh " jawabku bercanda. " Sel, boleh aku minta tolong padamu " tulisnya. " Boleh , aku akan bantu kamu sebisanya ya...?" " Tolong kamu datangi rumah di perumahan PCI blok D 89 no 19 ya.., jam 9 malam, kalau bisa Sel " pintanya. " Ok, Insya Allah ya Tyas, kebetulan besok pagi aku off, nggak berangkat kerja " aku menggiyakan saja permintaannya karena kebetulan perrumahan yang di maksud oleh Tyas dekat dengan tempat tinggalku. " Trus aku harus apa disana " tanyaku kemudian. "  Rumah itu rencananya akan aku tempati bersama mas Raditya kekasihku, di ruang tamu itu aku menyiapkan kado untuk ultahmu besok, jadi tolong kado itu kau ambil sendiri ya.. " aku melihat muka Tyas sendu, tapi sorot matanya itu... ah....sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku. Mungkin dia akan menyiapkan surprise buatku, dia memang selalu bikin ulah konyol. Walau sekarang dia tinggal di lain kota denganku tapi kadang kadang komunikasi lewat telpon masih terjalin. Cuma memang sudah ada dua minggu ini aku jarang menelepon dia karena aku sibuk mempersiapkan pesta pernikahan kakakku. " Kok kamu nggak cerita kalau punya kekasih Tyas " aku mencoba mencandainya. " Aku sudah lima bulan berpacaran, tapi maaf belum aku ceritakan padamu, tadinya aku ingin surprise padamu dengan mengirim surat undangan menikah saja " Tyas terlihat agak ceria kembali. Tapi tiba tiba mata itu menyorot tajam. "  Sel, serius ya... besok malam kamu harus ke rumah itu, kunci rumah ada di bawah pot bunga adenium berbunga putih di sebelah kiri pintu. Kalau bisa kau pergi bersama mas Indra " mas Indra adalah tunanganku yang juga saudara jauh Tyas. " Ok Tyas, kebetulan juga mas Indra  mau mengajak keluar , jadi biar sekalian berangkat ke rumah itu" tulisku. " Dalam beberapa hari ini aku nggak bisa datang lagi ke rumah itu, jadi kau saja yang ambil kadonya, aku mohon ya Sel, setelah itu kunci rumah taruh kembali di tempat semula, kamu nggak bakalan ketemu mas Raditya karena dia sedang pergi keluar kota. " pintanya, wajahnya kembali keruh. " Ya tuan puteri " candaku lagi. Ada perasaan senang karena aku pikir ini pasti akal akalan Tyas untuk mengerjaiku. " Sel, ada sesuatu yang akan ku ceritakan padamu ". kata Tyas , lalu dia menelepon ke hpku. " Apa Tyas...? aku siap mendengarkan" kataku setelah tersambung dengan hpnya. " Mas Raditya tadi sore marah padaku " " Kenapa " terlihat di layar camera, Tyas sahabatku menangis pilu. " Karena aku hamil Sel " Isak tersayat aku dengar dari mulut Tyas, " Dia tak mau aku hamil " lanjut Tyas. " Kenapa? kalian saling mencintai, kalau sudah hamil menikah kan beres " aku mencoba menghiburnya. " Tak semudah itu, dan persoalanku ini sangatlah rumit Sel, suatu saat kau akan tahu semuanya karena kalau tiba saatnya aku akan membuka rahasiaku ini padamu "  kata kata Tyas ini membuat aku merinding, sepertinya ada dendam yang membara dalam hatinya. Ah aku mngutuki diriku sendiri, mengapa sebagai sahabat baik aku kurang mengetahui kisah hidup Tyas ini. " Tadi kami bertengkar hebat Sel, makanya aku takkan datang ke rumah itu lagi dalam waktu dekat ini. aku akan pergi jauh Sel " lanjut Tyas. " Tyas, kau masih punya ibu, pulang saja ke rumahmu, aku yakin ibumu akan menerimamu " bujukku. " Ya Sel, smoga besok aku sudah bisa pulang ke ibu, tapi aku tidak janji" " Ok Tyas, aku lihat kamu sudah lelah, tidurlah, besok pagi aku akan memenuhi permintaanmu " aku mencoba menasehatinya. Ternyata Tyas menuruti saranku dan kami menutup perbincangan malam ini. Tapi aneh aku semakin tak bisa memejamkan mata walau terasa sudah sangat mengantuk. Lalu aku mengambil salah satu novel yang baru saja aku beli tapi belum sempat aku baca, aku akan membacanya dengan harapan mataku lelah dan aku tertidur. **** Tepat pukul 7 mas Indra telah menjemputku, kami akan berbelanja sebentar  kemudian menuju rumah yang di sebutkan Tyas kemaren. Tak memerlukan banyak waktu hanya untuk berbelanja dan makan, maka pukul 9 kurang 5 menit, aku dan mas Indra telah sampai di rumah yang di tuju. Aku ambil sebuah kunci di bawah pot bunda adenium putih seperti petunjuk Tyas, dan segera masuk ke rumah itu. mas Indra menghidupkan lampu ruangan, dan di atas meja tamu aku melihat secarik kertas. Segera aku ambil kertas itu. "Sel, tunggu bentar ya... aku akan datang " tulisan di kertas itu aku baca agak pelan, tapi ternyata mas Indra juga mendengar. " Ufh... "sesal mas Indra. " Sabar mas, mungkin dia mau surprise dan bikin kekonyolan seperti biasa " bujukku pada mas Indra. Jam telah menunjukkan ngka 11. 05 saat mas Indra sudah mengajak pulang karena tak sabar lagi menunggu. Dan aku juga khawatir karena no hp Tyas tak bisa aku hubungi. Tapi tiba tiba lampu ruangan padam, dan bersamaan dengan itu Tyas muncul di depan pintu, mengenakan baju terusan putih, tampak cantik walau agak pias . Aku cemberut pada Tyas, karena aku anggap kekonyolannya kali ini sudah kelewatan. " Tyas ! , yang benar aja deh.., masa aku menunggu sampai 2 jam lebih begini, mana kau muncul tiba tiba disaat lampu padam" kataku pura pura marah. " Hmmmm mas Indra dan Sellin, duduklah " Tyas serius memendang mas Indra. Tiba tiba, aku merasa sangat takut, bulu kudukku berdiri. sengaja aku merapatkan tubuhku pada mas Indra. walau dalam keadaan gelap tapi aku masih bisa melihat wajah pias Tyas karena ada sedikit sinar bulan purnama masuk dari pintu dan kaca jendela. " Mas Indra aku mau menuntut balas padamu " tiba tiba suara lantang Tyas sambil menyeringai mengejutkan kami berdua. " Apa maksudmu Tyas, becandanya jangan keterlaluan " kali ini aku marah beneran pada Tyas. aku masih menganggap Tyas becanda. " Aku tidak bercanda selin sahabatku yang polos " jawab Tyas memandang tajam ke arahku. "  Apa yang akan kau katakan, cepatlah hari sudah malam " kataku mencari alasan agar Tyas segera mengatakan maunya. " Mas Indra harus tanggung jawab Selin " aku melihat mas Indra hanya menunduk pasrah " Tanggung jawab apa mas In " tanyaku pada mas Indra. " Aku yang akan jawab Sel, mas Indra harus tanggung jawab pada janin di rahimku " jawab Tyas tenang. " Benar yang di katakan tyas mas ..?" aku kembali bertanya pada mas Indra, dan dia hanya memandang sebentar ke arahku lalu menunudk kembali. Aku tak bisa berkata apa apa lagi, bibirku kelu dan tubuhku seakan tak bisa bergerak sama sekali. " Mas Indra telah berkali kali melakukan ini denganku, awalnya aku terpaksa tapi selanjutnya aku sangat menikmatinya walau aku dan mas Indra masing masing punya kekasih. Tapi setelah mengetahui aku hamil, mas Indra lepas tangan,dan dia menyarankan aku untuk meminta pertanggung jawaban pada mas Raditya. Aku  juga tak ingin menyakitimu dengan tetap minta pertanggung jawaban mas Indra. Aku bingung sekali, dan kemaren sore aku mencoba bicara dengan mas Raditya, dia marah besar. Tentu saja karena aku dan dia tak pernah berhubungan badan selam pacaran. Aku kalut, aku merampas senjata milik mas Raditya..." Memang Raditya adalah seorang perwira polisi. " Tyas.. lalu apa yang kau lakukan " Akhirnya keluar juga kata kata dari bibirku. " Aku dan mas Raditya bergumul, dan hasilnya tenggoklah ke kamarku nanti " Aku melihat Tyas menyerinagi dan dari giginya keluar darah segar, aku teriak sambil memagang lengan mas Indra. Tyas tertawa tak henti henti dan matanya memandang tajam ke arah mas Indra. " Maafkan aku Tyas " mas Indra akhirnya juga buka suara. " Aku memaafkan kamu mas Indra, kita berdua sama sama bersalah, tapi aku minta rawatlah aku " kembali Tyas tertawa melengking. Aku menjadi sangat takut melihat wajah Tyas, darah masih keluar dari mulutnya tapi dia terus tertawa. lalu kesadaranku tumbuh juga. " Tyas apakah dunia kita sudah berbeda " tanyaku pada Tyas. " Tepat kau cantik " jawab Tyas, sorot matanya tajam menakutkan, aku semakin mengeratkan pegangan tanganku di lengan mas Indra. Aku berusaha keluar dari rumah itu, tapi Tyas melarangnya. " Jangan pulang dulu Tyas , lihat keadaanku di kamar sana " kata Tyas lalu dia menghilang begitu saja. Dan bertepatan dengan hilangnya Tyas, lampu ruangan kembali menyala. Aku berpandangan dengan mas Indra, perasaanku bercampur baur antara benci karena mas Indra telah menghianatiku, kasihan dan juga perasaan takut yang sangat dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang sudah terjadi. Lalu aku mengajak mas Indar masuk ke kamar yang di maksud Tyas. aku berteriak keras ketika aku melihat sosok tubuh Tyas terkapar dan berlumuran darah aku temukan di kamar itu. Tubuh kupun lemas hingga tak kuat lagi berdiri. Aku menangisi Tyas sahabatku yang akhir hidupnya tragis seperti ini, sedang mas Indra segera menelepon polisi dan juga saudara Tyas. Tak lama ada beberapa tetangga dan pak RT berdatangan ke rumah ini, karena laporan seorang satpam yang sedang ronda dan mendengar ada suara tangis dari rumah ini. Dan sejam kemudian oleh  pihak kepolisian tubuh Tyas  di bawa ke rumah sakit terdekat guna di otopsi. ***** Menurut pengakuan mas Raditya yang kemudian menyerahkan diri setelah dua hari berdiam diri di rumah keluarganya di luar kota, Tyas merampas senjata miliknya, akhirnya terjadi perebutan senjata dan secara tidak sengaja senjata itu meletus dan pelurunya melesat tepat di jantung Tyas. Kejadian tiga bulan yang lalu itu membuat aku trauma bila membuka laptop. tapi entah mengapa malam ini aku ingin sekali membuka laptop, aku ingin mengetahui berita dari teman teman FB dan juga menyapa mereka. Tiba tiba YM ku langsung aktif begitu aku menghidupkan laptop. Aku ketakutan dan berusaha meng off YM dan juga mematikan laptop. Tapi sudah aku coba berkali kali tetap tak bisa, karena putus asa aku hanya bisa memandangi layar laptopku. Lalu terbuka nama mas Indra dan kemudian dia menyapaku. "  Malam Selin " " Malam mas In " tulisku agak malas, karena sejak dua hari setelah pemakaman Selin, aku memutuskan hubungan pertunangan  dengannya. Seketika aku lihat wajah mas Indra di cam YM, dia tersenyum, lau wajah itu berubah menjadi wajah Tyas.Aku ketakutan sekali, tapi aku tak bisa berteriak minta tolong pada seisi rumah. " Please Tyas, kita sudah berbeda dunia " kataku, aku tak mengetik di keyboard, aku yakin Tyas mendengar omonganku. " Selin... jangan takut, aku hanya ingin berterima kasih " Tyas tertawa,membuat bulu kudukku berdiri. " Ya sudahlah  istirahatlah di tempatmu " saranku padanya. " Aku belum bisa beristirahat saat ini, aku mau kau berjanji " pinta Tyas. " Janji apa " tanyaku. " Kau akan merawat anakku kelak " Tyas tersenyum. " Tidak Tyas, itu tak mungkin " aku terbata bata. " Lalu siapa yang akan merawat anakku " lolong Tyas menyayat hati. " Anak itu ikut bersamamu Tyas " jelasku " Kita ada di dunia berbeda, tak mungkin aku bisa merawat anakmu " lanjutku. Tyas kembali tertawa keras sekali. " Baiklah Tyas, karena kau tak mau menolongku, aku mau minta tolong pada mas Indra, Hiiiiiiiiiii " Tyas lalu lenyap dari pandanganku dan laptop kupun mati. Aku segera berlari ke kamar ibuku, dan minta untuk tidur bersama beliau. ***** Paginya aku mendapat telpon dari Nina adik mas Indra. " Hallo Nin " sapaku. " Kak Selin ..hiks  hiks hiks " ternyata Nina menelepon sambil menangis. " Ada apa Nin ? " tanyaku khawatir. " Mas Indra, barusan di temukan meninggal di kamarnya, kak, dengan luka di leher seperti bekas cekikkan seseorang ..." Aku sudah tak bisa lagi mendengarkan kata kata Nina, aku terduduk lemas. Tyas, karena aku menolak, kau mengajak mas Indra alammu. Semoga  kau  bisa istirahat dengan tenang Tyas......

*******selesai*******

#lagi nyoba tulis horror#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun